Rabu, 01 Juni 2016

Robot Seks


Dalam dua film baru-baru ini, Her dan Ex Machina, para produser film mengeksplorasi konsep yang cukup menantang; apakah manusia bisa jatuh cinta dengan robot atau apakah orang mau berhubungan seks dengan AI (artificial inteligence) -intelejensia artifisial atau robot.

Banyak orang di luar sana yang berupaya mengembangkan robot dengan kecerdasan buatan yang bisa berbicara dan berhubungan intim layaknya manusia. Namun, ilmuwan menganggap hal itu berbahaya dan bisa merugikan wanita.
"Robot sex saat ini menjadi pusat perhatian di industri robot, semuanya berdasarkan model wanita yang sempurna termasuk peran 'penurut' mereka dalam hubungan seksual. Hal itu sangat mengganggu," ujar Dr. Kathleen Richardson, ahli robot dari Universitas De Mosntfort, Inggris, Daily Mail (15/09).
Lebih lanjut, pengembangan robot seks akan mengembalikan anggapan kuno tentang wanita, yang hanya bertugas sebagai pemuas nafsu. Apabila hal itu dibiarkan, Dr. Richardson mengatakan jika manusia akhirnya hanya akan melihat sebuah hubungan antara wanita dan pria tidak lebih dari hubungan fisik atau seks.
Yang lebih parah, kini banyak orang mulai mengalami gangguan mental yang disebut robophilia. Robophilia terjadi saat seseorang mempunyai ketertarikan seksual pada robot, mengalahkan manusia.
Fenomena gangguan orientasi seksual itu diyakini lebih mudah menjangkiti mereka yang terlalu lama menghabiskan waktu di dunia maya dan hidup menyendiri. Rendahnya kontak dengan manusia secara nyata ikut berkontribusi terhadap hilangnya nafsu untuk menjalin hubungan intim.
Indikasi itu mulai terlihat di anak muda Jepang. Beriringan dengan semakin majunya teknologi robot seks di negara tersebut, banyak pemuda yang mengaku menghindari hubungan percintaan serius dan hubungan seksual. Bahkan, setengah dari orang dewasa di Jepang mengaku tidak lagi melakukan hubungan seksual.
Tentu saja, bukan pertama kalinya orang dikaitkan dengan manusia buatan karena cerita seperti ini sudah ada dalam mitologi Yunani Pygmalion.
Namun di tengah perkembangan AI dan robot yang semakin maju, sejumlah pihak bahkan mengklaim telah merancang robot untuk bercumbu dan berhubungan seks.
Dalam bukunya Love and Sex with Robots, misalnya, David Levy memperkirakan menikah dengan robot akan diresmikan pada 2050.
Terdengarnya seperti semacam revolusi seksual, namun fakta di balik itu lebih rumit. Membuat dan merancang robot untuk hubungan seksual akan lebih sulit dibandingkan dengan yang dibayangkan sebelumnya. Bagaimana caranya meyakinkan orang dan mengatasi berbagai hambatan dalam industri seks.
Satu perusahaan tidak bisa begitu saja menciptakan robot seks tanpa melakukan penelitian dan memperhatikan peraturan terlebih dahulu.

Yang membedakan robot seks dan alat seks

Sebelum kita bicarakan lebih lanjut, mari kita telaah lebih lanjut apa yang dapat dikategorikan sebagai robot seks.
Secara teknis, apapun yang memiliki unsur robotik yang dapat dijadikan elemen untuk berhubungan seks. Alat-alat ini sudah ada dalam bentuk mainan seks yang dihubungkan dengan aplikasi yang menstimulasi sensasi. Misalnya alat penggetar yang dapat digerakkan dengan remote control.
"Banyak alat tersedia yang secara anatomi menyerupai manusia dan dapat membantu pengalaman fantasi secara langsung dan lebih mudah dikontrol dibandingkan dengan pasangan," kata Shelly Ronen, peneliti dari New York University, NYU, yang mempelajari, hubungan, seks dan dan mainan seks.
Sebagian mainan ini memang berhasil namun sebagian lain tidak laku di pasar.
Pada tahun 2009, alat yang disebut RealTouch mulai muncul. Alat ini digunakan pria untuk dihubungkan dengan video porno dan menstimulasi sensasi yang dapat dirasakan langsung melalui layar.
Pengalaman seperti ini cukup realistis, menurut kajian situs teknologi Gizmag.
Namun RealTouch tak punya pangsa pasar dan setelah muncul kasus tuntutan hak paten pada tahun 2013, alat ini tak lagi dijual.
Bagaimanapun sebagian besar alat ini adalah mainan seks dan bukannya robot. Apa yang dimaksud dengan orang bila membicarakan robot seks adalah robot berbentuk manusia yang dibuat dengan kapasitas bisa melakukan aktivitas seksual.
Saat ini, robot berbentuk manusia yang paling mirip adalah boneka yang dijual oleh perusahaan-perusahaan seperti Abyss Creations di California, Amerika Serikat.
Abyss membuat dan menjual apa yang disebut RealDolls yang disesuaikan dengan bentuk tubuh manusia dan juga 'kepribadian'.
Akan tetapi alat ini masih sangat mahal dan berkisar antara US$5.000 sampai US$10.000 -atau sekitar Rp66 juta sampai Rp132 juta- tergantung pada pesanan orang. RealDolls adalah boneka dan bukan juga robot seks. Paling tidak belum menjadi robot seks.
Dan robot seks -yang bukan sekedar boneka atau juga bukan alat- jelas lebih rumit prospeknya.
"Robot seks memerlukan berbagai disiplin ilmu, mulai dari teknologi nano untuk membuat sesuatu yang menyerupai kulit sampai AI dengan pengetahuan bahasa," kata AV Flox, seorang wartawan yang meliput isu seks, hukum dan teknologi.
Membuat seks memerlukan teknik tersendiri, mulai dari kulit sampai baterai khusus serta alat pemproses.

Robot seks perlu kulit yang realistis

Pertama-tama, robot seks harus dapat dibuat berdiri. Sampai sekarang boneka seks dan boneka berbentuk manusia berat. RealDolls beratnya bisa mencapai 47 kg dan tidak dapat berdiri.
Robot seks tidak hanya harus dapat berdiri namun juga bergerak sendiri. Tugas ini berat. Para ahli robot masih berusaha untuk mereplikasi gerakan manusia.
Selain itu robot juga memerlukan kulit yang realistik dan siapapun yang menyentuh silikon akan tahu bahwa yang disentuh bukan kulit. Silikon juga sulit dibersihkan.
Mereplikasi bukan hanya mencakup berbagai jenis kulit namun kepekaan dan fleksibilitasnya dan ini sangat sulit.
Bulan Oktober lalu lalu, para peneliti di Singapura mengumumkan mereka telah mengembangkan kulit artifisial yang dapat merasakan tekanan. Namun tidak dapat merasakan suhu dan tidak dapat meregang sehingga tak seperti kulit manusia.
Di dalam robot sendiri, para ilmuwan harus mengembangkan kecerdasan buatan atau AI yang dapat berkomunikasi dengan pasangan manusianya.
AI telah dikembangkan baru-baru ini namun masih belum dapat menstimulasi emosi yang diperlukan dalam hubungan.
Komputer bisa mengalahkan manusia dalam main catur, namun seks seperti layaknya berdansa. Pasangan harus dapat memprediski dan menanggapi gerakan. Saat ini, AI dan pemahaman bahasa yang diperlukan masih sangat jauh pengembangannya.
Para pengembang juga memiliki tugas untuk menciptakan robot yang tampak meyakinkan sebagai manusia dan tidak menakutkan.

Bentuk pertama seperti kartun

Madeline Ashby, seorang penulis fiksi sains tentang masa depan mengatakan ia berpendapat robot seks pertama tidak akan sepenuhya tampak seperti manusia.
"Rancangan awal akan tampak seperti karikatur kartun," kata Ashby.
Namun secara keseluruhan untuk membuat seks robot diperlukan tim yang besar, para teknisi, pakar robot, perancang mainan seks, dan pakar komputer.
Tantangannya bukan hanya dari sisi ilmu dan pengetahuan saja namun juga dari sisi pendanaan, hukum dan masalah budaya.
Argumen bagi mereka yang mendukung dan menentang robot seks cukup rumit.
Misalnya, sebagian kalangan khawatir robot seks akan memukul para pekerja seks komersial yang sudah terpinggir sementara pendapat lain menyebutkan robot seks justru akan membuat aman para PSK.
Kampanye menentang robot seks berdasar para argumen bahwa pekerja seks adalah sesuatu yang buruk, pendapat yang ditentang oleh para pekerja seks sendiri dan juga berbagai organisasi seperti Amnesty International.

Konperensi tahunan seks dengan robot dibatalkan

Selain itu juga ada masalah dana. Sulit bagi perusahaan-perusahaan yang bekerja dalam seks industri seks mendapatkan investasi.
Di Amerika Serikat, ada peratursan resmi dan non-formal yang menyulitkan bisnis beroperasi untuk industri kategori dewasa ini.
Bank-bank tidak akan memberikan pinjaman untuk industri kecil, sementara perusahaan kartu kredit akan menolak transaksi.
Aplikasi seperti Apple App store dan Google Play tidak akan menyepakati konten dewasa ini, apakah secara eksplisit atau yang mengandung unsur erotis.
Mesin pencari juga tidak akan menampilkan konten dewasa kecuali bila secara spesifik diminta. Sejumlah konten bahkan justru disaring.
Dan masalah bukan hanya terjadi di Amerika Serikat.
Konperensi tahunan kedua Love and Sex with Robots yang seharusnya diselenggarakan di Malaysia pada November 2015 dibatalkan mendadak karena disebut ilegal.
"Karena kondisi di luar kendali, Konperensi Internasional Kedua Tentang Cinta dan Sex dengan Robot akan ditunda sampai 2016."
Robot seks suatu saat akan tiba dalam bentuk yang memang dirancang sangat khusus. Harganya akan sangat mahal dan akan ada sejumlah peraturan yang perlu dihadapi untuk membuat robot seks.
Rose Eveleth adalah kolumnis untuk BBC Future dan produser podcast Flash Forward, program atas apa yang mungkin terjadi di masa depan.
Kawasan tempat prostitusi di Amsterdam akan mempekerjakan robot seks pada 2050. Mereka akan menggeser keberadaan Pekerja Seks Komersial (PSK) yang telah memadati kawasan itu selama bertahun-tahun.
Ratusan perempuan berambut cokelat dan selalu berpakaian minim, bahkan tak jarang hanya mengenakan G-string dan lingerie telah lama memadati kawasan tempat pelacuran untuk menjajakan diri. Para PSK ini merupakan orang-orang yang telah menghidupkan laju keuangan pub Yub-Yum.
Bagi siapa saja yang mau merasakan kemolekan tubuh perempuan-perempuan itu, akan dikenakan biaya 10.000 USD (Rp 136 juta). Dengan uang sebesar itu, klien dapat memilih jenis pelayanan seksualnya. Sekadar pijat, menari bugil, atau berhubungan seks di tempat yang sangat mewah.
Namun, karena mereka semua berisiko mengidap penyakit infeksi menular seks (IMS), kemungkinan PSK itu akan diganti dengan robot yang menyerupai manusia.
Futurologist Ian Yeoman dan seksolog Michelle Mars dari University of Wellington, tidak bisa membayangkan apa jadinya jika kawasan tempat prostitusi yang biasanya didominasi perempuan-perempuan cantik, berubah menjadi robot-robot yang keras dan kaku.
Dikutip dari Times of India, Rabu (1/6/2016), kedua ilmuwan memprediksi, kemungkinan yang terjadi pihak Yub-Yum akan menampilkan robot seks dari semua etnis, bentuk tubuh yang menawan, usia yang beragam, bahasa, dan fitur seks yang telah diatur sedemikian rupa.
Namun, langkah yang diambil Yub-Yum tentu sangat diharapkan banyak pihak. Bagaimana juga, mereka harus memikirkan dampak kesehatan orang-orang yang selalu mendatangi tempat yang penuh dengan PSK itu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar