Dalam dua film baru-baru ini, Her dan Ex Machina, para
produser film mengeksplorasi konsep yang cukup menantang; apakah manusia bisa
jatuh cinta dengan robot atau apakah orang mau berhubungan seks dengan AI (artificial inteligence) -intelejensia artifisial atau
robot.
Banyak orang
di luar sana yang berupaya mengembangkan robot dengan kecerdasan buatan yang
bisa berbicara dan berhubungan intim layaknya manusia. Namun, ilmuwan
menganggap hal itu berbahaya dan bisa merugikan wanita.
"Robot
sex saat ini menjadi pusat perhatian di industri robot, semuanya berdasarkan
model wanita yang sempurna termasuk peran 'penurut' mereka dalam hubungan seksual.
Hal itu sangat mengganggu," ujar Dr. Kathleen Richardson, ahli robot dari
Universitas De Mosntfort, Inggris, Daily Mail (15/09).
Lebih
lanjut, pengembangan robot seks akan mengembalikan anggapan kuno tentang
wanita, yang hanya bertugas sebagai pemuas nafsu. Apabila hal itu dibiarkan,
Dr. Richardson mengatakan jika manusia akhirnya hanya akan melihat sebuah
hubungan antara wanita dan pria tidak lebih dari hubungan fisik atau seks.
Yang lebih parah, kini banyak orang mulai mengalami
gangguan mental yang disebut robophilia. Robophilia terjadi saat seseorang
mempunyai ketertarikan seksual pada robot, mengalahkan manusia.
Fenomena
gangguan orientasi seksual itu diyakini lebih mudah menjangkiti mereka yang
terlalu lama menghabiskan waktu di dunia maya dan hidup menyendiri. Rendahnya
kontak dengan manusia secara nyata ikut berkontribusi terhadap hilangnya nafsu
untuk menjalin hubungan intim.
Indikasi itu
mulai terlihat di anak muda Jepang. Beriringan dengan semakin majunya teknologi
robot seks di negara tersebut, banyak pemuda yang mengaku menghindari hubungan
percintaan serius dan hubungan seksual. Bahkan, setengah dari orang dewasa di
Jepang mengaku tidak lagi melakukan hubungan seksual.
Tentu saja,
bukan pertama kalinya orang dikaitkan dengan manusia buatan karena cerita
seperti ini sudah ada dalam mitologi Yunani Pygmalion.
Namun di
tengah perkembangan AI dan robot yang semakin maju, sejumlah pihak bahkan
mengklaim telah merancang robot untuk bercumbu dan berhubungan seks.
Dalam bukunya Love and Sex with Robots,
misalnya, David Levy memperkirakan menikah dengan robot akan diresmikan pada
2050.
Terdengarnya seperti semacam revolusi seksual, namun
fakta di balik itu lebih rumit. Membuat dan merancang robot untuk hubungan
seksual akan lebih sulit dibandingkan dengan yang dibayangkan sebelumnya.
Bagaimana caranya meyakinkan orang dan mengatasi berbagai hambatan dalam
industri seks.
Satu perusahaan tidak bisa
begitu saja menciptakan robot seks tanpa melakukan penelitian dan memperhatikan
peraturan terlebih dahulu.
Yang membedakan
robot seks dan alat seks
Sebelum kita bicarakan lebih
lanjut, mari kita telaah lebih lanjut apa yang dapat dikategorikan sebagai
robot seks.
Secara
teknis, apapun yang memiliki unsur robotik yang dapat dijadikan elemen untuk
berhubungan seks. Alat-alat ini sudah ada dalam bentuk mainan seks yang
dihubungkan dengan aplikasi yang menstimulasi sensasi. Misalnya alat penggetar
yang dapat digerakkan dengan remote control.
"Banyak
alat tersedia yang secara anatomi menyerupai manusia dan dapat membantu
pengalaman fantasi secara langsung dan lebih mudah dikontrol dibandingkan
dengan pasangan," kata Shelly Ronen, peneliti dari New York University,
NYU, yang mempelajari, hubungan, seks dan dan mainan seks.
Sebagian
mainan ini memang berhasil namun sebagian lain tidak laku di pasar.
Pada tahun 2009, alat yang disebut RealTouch mulai muncul. Alat ini digunakan pria
untuk dihubungkan dengan video porno dan menstimulasi sensasi yang dapat
dirasakan langsung melalui layar.
Pengalaman
seperti ini cukup realistis, menurut kajian situs teknologi Gizmag.
Namun RealTouch tak
punya pangsa pasar dan setelah muncul kasus tuntutan hak paten pada tahun 2013,
alat ini tak lagi dijual.
Bagaimanapun
sebagian besar alat ini adalah mainan seks dan bukannya robot. Apa yang
dimaksud dengan orang bila membicarakan robot seks adalah robot berbentuk
manusia yang dibuat dengan kapasitas bisa melakukan aktivitas seksual.
Saat ini,
robot berbentuk manusia yang paling mirip adalah boneka yang dijual oleh
perusahaan-perusahaan seperti Abyss Creations di California, Amerika Serikat.
Abyss membuat dan menjual apa yang disebut RealDolls yang disesuaikan dengan bentuk tubuh manusia
dan juga 'kepribadian'.
Akan tetapi alat ini masih sangat mahal dan berkisar
antara US$5.000 sampai US$10.000 -atau sekitar Rp66 juta sampai Rp132 juta-
tergantung pada pesanan orang. RealDolls adalah
boneka dan bukan juga robot seks. Paling tidak belum menjadi robot seks.
Dan robot
seks -yang bukan sekedar boneka atau juga bukan alat- jelas lebih rumit
prospeknya.
"Robot
seks memerlukan berbagai disiplin ilmu, mulai dari teknologi nano untuk membuat
sesuatu yang menyerupai kulit sampai AI dengan pengetahuan bahasa," kata
AV Flox, seorang wartawan yang meliput isu seks, hukum dan teknologi.
Membuat seks
memerlukan teknik tersendiri, mulai dari kulit sampai baterai khusus serta alat
pemproses.
Robot seks perlu
kulit yang realistis
Pertama-tama, robot seks harus dapat dibuat berdiri.
Sampai sekarang boneka seks dan boneka berbentuk manusia berat. RealDolls beratnya
bisa mencapai 47 kg dan tidak dapat berdiri.
Robot seks tidak hanya harus
dapat berdiri namun juga bergerak sendiri. Tugas ini berat. Para ahli robot
masih berusaha untuk mereplikasi gerakan manusia.
Selain itu robot juga
memerlukan kulit yang realistik dan siapapun yang menyentuh silikon akan tahu
bahwa yang disentuh bukan kulit. Silikon juga sulit dibersihkan.
Mereplikasi bukan hanya
mencakup berbagai jenis kulit namun kepekaan dan fleksibilitasnya dan ini
sangat sulit.
Bulan Oktober lalu lalu, para
peneliti di Singapura mengumumkan mereka telah mengembangkan kulit artifisial
yang dapat merasakan tekanan. Namun tidak dapat merasakan suhu dan tidak dapat
meregang sehingga tak seperti kulit manusia.
Di dalam robot sendiri, para ilmuwan harus
mengembangkan kecerdasan buatan atau AI yang dapat berkomunikasi dengan
pasangan manusianya.
AI telah dikembangkan
baru-baru ini namun masih belum dapat menstimulasi emosi yang diperlukan dalam
hubungan.
Komputer bisa mengalahkan
manusia dalam main catur, namun seks seperti layaknya berdansa. Pasangan harus
dapat memprediski dan menanggapi gerakan. Saat ini, AI dan pemahaman bahasa
yang diperlukan masih sangat jauh pengembangannya.
Para pengembang juga memiliki
tugas untuk menciptakan robot yang tampak meyakinkan sebagai manusia dan tidak
menakutkan.
Bentuk pertama
seperti kartun
Madeline Ashby, seorang
penulis fiksi sains tentang masa depan mengatakan ia berpendapat robot seks
pertama tidak akan sepenuhya tampak seperti manusia.
"Rancangan awal akan
tampak seperti karikatur kartun," kata Ashby.
Namun secara keseluruhan untuk
membuat seks robot diperlukan tim yang besar, para teknisi, pakar robot,
perancang mainan seks, dan pakar komputer.
Tantangannya bukan hanya dari
sisi ilmu dan pengetahuan saja namun juga dari sisi pendanaan, hukum dan
masalah budaya.
Argumen bagi mereka yang
mendukung dan menentang robot seks cukup rumit.
Misalnya, sebagian kalangan
khawatir robot seks akan memukul para pekerja seks komersial yang sudah
terpinggir sementara pendapat lain menyebutkan robot seks justru akan membuat
aman para PSK.
Kampanye menentang robot seks
berdasar para argumen bahwa pekerja seks adalah sesuatu yang buruk, pendapat
yang ditentang oleh para pekerja seks sendiri dan juga berbagai organisasi
seperti Amnesty International.
Konperensi
tahunan seks dengan robot dibatalkan
Selain itu juga ada masalah
dana. Sulit bagi perusahaan-perusahaan yang bekerja dalam seks industri seks
mendapatkan investasi.
Di Amerika Serikat, ada
peratursan resmi dan non-formal yang menyulitkan bisnis beroperasi untuk
industri kategori dewasa ini.
Bank-bank tidak akan
memberikan pinjaman untuk industri kecil, sementara perusahaan kartu kredit
akan menolak transaksi.
Aplikasi seperti Apple App
store dan Google Play tidak akan menyepakati konten dewasa ini, apakah secara
eksplisit atau yang mengandung unsur erotis.
Mesin pencari juga tidak akan
menampilkan konten dewasa kecuali bila secara spesifik diminta. Sejumlah konten
bahkan justru disaring.
Dan masalah bukan hanya terjadi
di Amerika Serikat.
Konperensi tahunan kedua Love
and Sex with Robots yang seharusnya diselenggarakan di Malaysia pada November
2015 dibatalkan mendadak karena disebut ilegal.
"Karena kondisi di luar
kendali, Konperensi Internasional Kedua Tentang Cinta dan Sex dengan Robot akan
ditunda sampai 2016."
Robot seks suatu saat akan
tiba dalam bentuk yang memang dirancang sangat khusus. Harganya akan sangat
mahal dan akan ada sejumlah peraturan yang perlu dihadapi untuk membuat robot
seks.
Rose Eveleth adalah kolumnis
untuk BBC Future dan produser podcast Flash Forward, program atas apa yang
mungkin terjadi di masa depan.
Kawasan tempat prostitusi di Amsterdam akan mempekerjakan robot seks pada
2050. Mereka akan menggeser keberadaan Pekerja Seks
Komersial (PSK) yang telah memadati kawasan itu selama
bertahun-tahun.
Ratusan perempuan berambut cokelat dan selalu berpakaian minim, bahkan tak
jarang hanya mengenakan G-string dan lingerie telah
lama memadati kawasan tempat pelacuran untuk menjajakan diri. Para PSK ini
merupakan orang-orang yang telah menghidupkan laju keuangan pub Yub-Yum.
Bagi siapa saja yang mau merasakan kemolekan tubuh perempuan-perempuan itu,
akan dikenakan biaya 10.000 USD (Rp 136 juta). Dengan uang sebesar itu, klien
dapat memilih jenis pelayanan seksualnya. Sekadar pijat, menari bugil, atau
berhubungan seks di tempat yang sangat mewah.
Namun, karena mereka semua berisiko mengidap penyakit infeksi menular seks
(IMS), kemungkinan PSK itu
akan diganti dengan robot yang menyerupai manusia.
Futurologist Ian Yeoman dan seksolog Michelle Mars dari University of
Wellington, tidak bisa membayangkan apa jadinya jika kawasan tempat prostitusi
yang biasanya didominasi perempuan-perempuan cantik, berubah menjadi
robot-robot yang keras dan kaku.
Dikutip dari Times of India, Rabu (1/6/2016), kedua ilmuwan
memprediksi, kemungkinan yang terjadi pihak Yub-Yum akan menampilkan robot seks
dari semua etnis, bentuk tubuh yang menawan, usia yang beragam, bahasa, dan
fitur seks yang telah diatur sedemikian rupa.
Namun, langkah yang diambil Yub-Yum tentu sangat diharapkan banyak pihak.
Bagaimana juga, mereka harus memikirkan dampak kesehatan orang-orang yang
selalu mendatangi tempat yang penuh dengan PSK itu.