A. Penulisan Huruf
1. Huruf kapital atau huruf besar
A.
Huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Kami menggunakan barang produksi dalam negeri.
Siapa yang datang tadi malam?
Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi!
B.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, ”Kapan kita ke Taman Safari?”
Bapak menasihatkan, ”Jaga dirimu baik-baik, Nak!”
C.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan nama kitab suci,
termasuk ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab,
Quran, Weda, Injil.
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan
yang Engkau beri rahmat.
D.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang.
Misalnya:
Haji Agus Salim,
Imam Syafii, Nabi Ibrahim, Raden Wijaya.
E.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Presiden Yudhoyono,
Mentri Pertanian, Gubernur Bali.
Profesor Supomo, Sekretaris
Jendral Deplu.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama
tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kapten Amir telah naik pangkat menjadi mayor.
Keponakan saya bercita-cita menjadi presiden.
F.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Albar Maulana
Kemal Hayati
Muhammad Rahyan
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 watt
2 ampere
5 volt
G.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa. Perlu diingat, posisi
tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf pertama nama
bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf pertama kata bangsa,
suku, dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan yang salah:
Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang ….
…. tempat bermukim Suku Melayu sejak ….
…. memakai Bahasa Spanyol sebagai ….
Penulisan yang benar:
Dalam hal ini bangsa Indonesia yang ….
…. tempat bermukim suku Melayu sejak ….
…. memakai bahasa Spanyol sebagai ….
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf
pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata
turunan.
Misalnya:
keinggris-inggrisan
menjawakan
bahasa Indonesia
H.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Saka
bulan November
hari Jumat
hari Natal
perang
Dipenogoro
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama
peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
Perlombaan persenjataan nuklir membawa risiko pecahnya perang
dunia.
I.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama khas dalam geografi.
Misalnya:
Salah
|
Benar
|
teluk Jakarta
|
Teluk Jakarta
|
gunung Semeru
|
Gunung Semeru
|
danau Toba
|
Danau Toba
|
selat Sunda
|
Selat Sunda
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
Jangan
membuang sampah ke sungai.
Mereka mendaki
gunung yang tinggi.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
soto madura
J.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Departemen
Pendidikan Nasional RI
Majelis
Permusyawaratan Rakyat
Undang-Undang
Dasar 1945
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama kata yang bukan nama resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan, badan,
serta nama dokumen resmi.
Perhatikan penulisan berikut.
Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.
Menurut undang-undang,
perbuatan itu melanggar hukum.
K.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/
lembaga.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
L.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata
seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada
posisi awal.
Misalnya:
Idrus menulis
buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat
kabar Suara Pembaharuan.
Ia menulis
makalah ”Fungsi Persuasif dalam Bahasa Iklan Media Elektronik”.
M.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti Bapak, Ibu,
Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
”Kapan Bapak
berangkat?” tanya Nining kepada Ibu.
Para ibu
mengunjungi Ibu Febiola.
Surat Saudara sudah saya terima.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan.
Misalnya:
Kita semua
harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah
berkeluarga.
N.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr.
: doktor
M.M.
: magister manajemen
Jend. : jendral
Sdr. :
saudara
O.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Apakah
kegemaran Anda?
Usulan Anda
telah kami terima.
2. Huruf Miring
A.
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan.
Misalnya:
majalah Prisma
tabloid Nova
Surat kabar Kompas
B.
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama
kata Allah ialah a
Dia bukan menipu,
melainkan ditipu
Bab ini tidak membicarakan
penulisan huruf kapital.
C.
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang sudah
disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah
padi ialah Oriza sativa.
Politik devide et impera pernah merajalela di
benua hitam itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut.
Negara itu telah mengalami beberapa kudeta (dari coup d’etat)
B. Penulisan Kata
- Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis
sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kantor pos sangat ramai.
Buku itu sudah saya baca.
Adik naik sepeda baru
(ketiga kalimat ini dibangun dengan gabungan kata dasar)
- Kata Turunan
A.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
berbagai
ketetapan
sentuhan
gemetar
mempertanyakan
terhapus
B.
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,
awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.
Misalnya:
diberi tahu, beri tahukan
bertanda tangan, tanda tangani
berlipat ganda, lipat gandakan
C.
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan
kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya:
memberitahukan
ditandatangani
melipatgandakan
- Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan,
gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk,
mondar-mandir, porak-poranda, biri-biri, kupu-kupu,
laba-laba.
- Gabungan Kata
A.
Gabungan kata yang lazim disebutkan
kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja
tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah.
B.
Gabungan kata,
termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat
ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang
berkaitan.
Misalnya:
alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri
saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang
tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
C.
Gabungan kata berikut ditulis serangkai
karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua
kata.
Misalnya:
acapkali,
apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada,
darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga,
radioaktif, saputangan.
D.
Jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa,
inkonvensional, kosponsor,
mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana,
nonkolesterol, neokolonialisme, paripurna,
prasangka, purna-wirawan, swadaya, telepon, transmigrasi.
Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya
kapital, di antara kedua unsur kata itu
ditulisakan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Asia, neo-Nazi
- Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk
singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
aku bawa, aku
ambil menjadi kubawa, kuambil
engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil
Misalnya:
Bolehkan aku
ambil jeruk ini satu?
Kalau mau,
boleh engkau baca buku itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.
Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
Kalau mau,
boleh kaubaca buku itu.
- Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan
kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada
dan daripada.
Misalnya:
Tinggalah bersama
saya di sini.
Di mana
orang tuamu?
Saya sudah makan di rumah teman.
Ibuku sedang ke
luar kota.
Ia pantas
tampil ke depan.
Duduklah dulu,
saya mau ke dalam sebentar.
Bram berasal dari
keluarga terpelajar.
Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
Kami percaya kepada
Ada.
Akhir-akhir
ini beliau jarang kemari.
- Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Misalnya:
Salah
|
Benar
|
Sikecil
|
si kecil
|
Sipemalu
|
si pemalu
|
Sangdiktator
|
sang diktator
|
Sangkancil
|
sang kancil
|
- Partikel
A.
Partikel –lah dan –kah
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah
peraturan ini sampai tuntas.
Siapakah
tokoh yang menemukan radium?
B.
Partikel pun ditulis terpisah
dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang
dikatakannya, aku tetap tak percaya.
Satu kali pun
Dedy belum pernah datang ke rumahku.
Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.
Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnya adapun,
andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,
sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya:
Adapun
sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.
Bagaimanapun
juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
Baik para
dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
Walaupun hari
hujan, ia datang juga.
C.
Partikel per yang berarti
(demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau
mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk
ruang satu per satu (satu demi satu).
Harga kain itu
Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).
C. Pemakaian Tanda baca
- Tanda titik (.)
A.
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat
yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal
di Aceh.
Anak kecil itu
menangis.
Mereka sedang
minum kopi.
Adik bungsunya
bekerja di Samarinda.
B.
Tanda titik dipakai di belakang angka
atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.
Misalnya:
III. Departemen Dalam Negeri
A.
Direktorat Jendral PMD
B.
Direktorat Jendral Agraria
1.
Subdit ….
2.
Subdit ….
I.
Isi
Karangan
1. Isi Karangan
A.
Uraian
Umum
1.1 Uraian Umum
B.
Ilustrasi
1.2 Ilustrasi
1.
Gambar
1.2.1 Gambar
2.
Tabel
1.2.2 Tabel
3.
Grafik
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka pada
pengkodean sistem digit jika angka itu merupakan yang terakhir dalam deret
angka sebelum judul bab atau subbab.
C.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan
angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu dan jangka waktu.
Misalnya:
pukul 12.10.20
(pukul 12 lewat 10 menit 20 detik)
12.10.20 (12
jam, 10 menit, dan 20 detik)
D.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada
tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman
2345 dan seterusnya.
Nomor gironya
5645678.
E.
Tanda titik dipakai di antara nama
penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru,
dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Lawrence, Marry S, Writting as a Thingking Process.
Ann Arbor: University of Michigan Press, 1974.
F.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Calon
mahasiswa yang mendaftar mencapai 20.590 orang.
Koleksi buku
di perpustakaanku sebanyak 2.799.
G.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul,
misalnya judul buku, karangan lain, kepala ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
Catur Untuk
Semua Umur (tanpa titk)
Gambar 1: Bentuk Surat Resmi Indonesia Baru (tanpa titik)
H.
Tanda titik tidak dipakai di
belakang (1) alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama dan alamat
penerima surat.
Misalnya:
Jakarta, 11
Januari 2005 (tanpa titik)
Yth. Bapak.
Tarmizi Hakim (tanpa titik)
Jalan Arif
Rahman Hakim No. 26 (tanpa titik)
Palembang
12241 (tanpa titik)
Sumatera Selatan (tanpa titik)
Kantor Pengadilan Negeri (tanpa titik)
Jalan Teratai II/ 61 (tanpa titik)
Semarang 17350 (tanpa titik)
- Tanda koma (,)
A.
Tanda koma dipaki di antara unsur-unsur
dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Reny membeli
permen, roti, dan air mineral.
Surat biasa,
surat kilat, ataupun surat khusus, memerlukan prangko.
Menteri,
pengusaha, serta tukang becak, perlu makan.
B.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh
kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin
datang, tetapi hari hujan.
Didik bukan
anak saya, melainkan anak Pak Daud.
C.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan
anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
Misalnya:
Anak Kalimat
|
Induk Kalimat
|
Kalau hujan tidak reda
|
saya tidak akan pergi
|
Karena sakit,
|
kakek tidak bisa hadir
|
Tanda koma tidak
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu
mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Induk Kalimat
|
Anak Kalimat
|
Saya tidak akan pergi
|
kalau hujan tidak reda.
|
Kakek tidak bisa hadir
|
karena sakit.
|
D.
Tanda koma harus dipakai di belakang
kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat,
seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
Meskipun
begitu, kita harus tetap jaga-jaga.
Jadi,
masalahnya tidak semudah itu.
E.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan
kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang
terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bagus,
ya?
Aduh, sakitnya
bukan main.
F.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata ibu,
”Saya berbahagia sekali”.
”Saya
berbahagia sekali,” kata ibu.
Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii)
bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan Raya Salemba 6, Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi
VII/11, Jakarta Utara 10640
Jakarta, 11 November 2004
Bangkok, Thailand
G.
Tanda koma dipakai di antara
bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
Lamuddin
Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diskusi Insan Mulia,
2001), hlm. 27.
H.
Tanda koma dipakai di antara orang dan
gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
Misalnya:
A. Yasser
Samad, S.S.
Zukri Karyadi,
M.A.
I.
Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak
Malik, Pandai sekali.
Di daerah
Aceh, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.
Semua siswa,
baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti praktik komputer.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang tidak diapit
oleh tanda koma.
Semua siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan
namanya kepada panitia.
J.
Tanda koma dipakai untuk menghindari
salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan
sikap yang bersunguh-sungguh.
Atas
pertolongan Dewi, Kartika mengucapkan terima kasih.
K.
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
”Di mana
pameran itu diadakan?” tanya Sinta.
”Baca dengan
teliti!” ujar Bu Guru.
- Tanda Titik Koma (;)
A.
Tanda titik koma untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Hari makin siang; dagangannya belum juga terjual.
B.
Tanda titik koma dipakai sebagai
pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk.
Misalnya:
Ayah mencuci mobil; ibu sibuk mengetik makalah; adik
menghapal nama-nama menteri; saya sendiri asyik menonton siaran langsung
pertandingan sepak bola.
C.
Tanda titik koma dipakai untuk
memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak cukup dipisahkan
dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.
Misalnya:
Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi
tanggung jawab para orang tua, guru, polisi, atau pamong praja; sebab sebagian
besar penduduk negeri ini terdiri atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah
umur 21 tahun
PARAGRAF
A. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam manulis sebuah karangan
atau cerita tentunya selalu dijumpai susunan dari banyak kata yang membentuk
kalimat. Kalimat-kalimat tersebut harus dihubungkan lagi sehingga terbentuk
sebuah paragraf. Menyusun paragraf berarti menyampaikan suatu gagasan atau
pendapat tertentu yang harus disertai alasan ataupun bukti tertentu.
Menyusun suatu paragraf yang
baik harus memperhatikan beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain
adalah ide pokok yang akan dikemukakan harus jelas, semua kalimat yang
mendukung paragraf itu secara bersama-sama mendukung satu ide, terdapat
kekompakan hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain yang membentuk alinea,
dan kalimat harus tersusun secara efektif (kalimat disusun dengan menggunakan
kalimat efektif sesuai ide bisa disampaikan dengan tepat).
Oleh karena itu, untuk lebih
memahami bagaimana menyusun sebuah paragraf yang benar dan mengetahui berbagai
macam jenis paragraf, maka makalah ini disusun agar bisa menambah pengetahuan
para pembaca tentang penggunaan paragraf yang baik.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut:
- Apa definisi dari paragraf ?
- Apa saja syarat terbentuknya sebuah paragraf
yang baik ?
- Apa saja jenis paragraf ?
B. PEMBAHASAN
2.1.
Definisi paragraf
Paragraf atau alinea adalah
satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa
kalimat. Di surat kabar sering kita temukan paragraf yang hanya terdiri atas
satu kalimat saja. Paragraf semacam itu merupakan paragraf yang tidak
dikembangkan. Dalam karangan yang bersifat ilmiah paragraf semacam itu jarang
kita jumpai.
Dalam penggabungan beberapa kalimat
menjadi sebuah paragraf itu diperlukan adanya kesatuan dan kepaduan. Yang
dimaksud kesatuan adalah keseluruhan kalimat dalam paragraf itu membicarakan
satu gagasan saja. Yang dimaksud kepaduan adalah keseluruhan kalimat dalam
paragraf itu secara kompak atau saling berkaitan mendukung satu gagasan itu.
2.2.
Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif memenuhi
dua syarat, yaitu: (1) adanya kesatuan makna (koherensi), (2) adanya kesatuan
bentuk (kohesi), dan hanya memiliki satu pikiran utama.
1. Kesatuan Makna
(Koherensi)
Sebuah paragraf dikatakan
mengandung kesatuan makna jika seluruh kalimat dalam paragraf itu hanya
membicarakan satu ide pokok, satu topik, atau satu masalah saja. Jika dalam
sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang
dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau
masalah.
Perhatikan paragraf di
bawah ini!
Sekitar 60 hektare tanaman padi
di Desa Wates, Kecamatan Undaan, dan di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus,
serta sekitar 100 hektare di Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah,
diserang hama keong mas. Agar serangan keong mas tidak meluas, Kepala Bidang
Pertanian Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Kudus Budi Santoso dan
Kepala Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Pati Pujo Winarno, Selasa
(18/4), meminta agar petani melakukan antisipasi lebih dini. Pujo Winarno, (di
depan) petani di Desa Baleadi, Kecamatan Sukolilo, menyatakan ada sejumlah
peternak mau membeli keong mas untuk dijadikan pakan itik. (“Kilasan Daerah”, Kompas,
19 April 2006, h. 24)
Jika paragraf di atas kita
cermati, nyatalah bahwa paragraf di atas membicarakan satu topik saja, yaitu
serangan keong mas. Kalimat pertama membicarakan serangan keong mas pada
tanaman padi di tiga kecamatan dalam dua daerah kabupaten di Jawa Tengah.
Kalimat kedua membicarakan langkah pencegahan peluasan serangan hama keong mas.
Kalimat ketiga membicarakan adanya peternak yang mau membeli keong mas.
2. Kesatuan
Bentuk (Kohesi)
Kesatuan bentuk paragraf atau
kohensi terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus, lancar, dan logis.
Koherensi itu dapat dibentuk dengan cara repetisi, penggunaan kata ganti,
penggunaan kata sambung atau frasa penghubung antarkalimat.
Perhatikan sekali lagi
paragraf di bawah ini!
Sampah yang setiap hari kita
buang sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sampah organik, dan
sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk. Contohnya,
sisa makanan dan daun-daunan yang umumnya basah. Sampah anorganik adalah adalah
sampah yang sulit atau tidak dapat membusuk. Contohnya, plastik, kaca, kain,
karet, dan lain-lainnya.
Pengulangan atau repetisi kata
kunci sampah, sampah organik, dan sampah anorganik membuat kalimat-kalimat
dalam paragraf itu jalin-menjalin menjadi satu kesatuan paragraf yang padu.
Penggunaan kata ganti -nya yang mengacu kepada sampah organik dan sampah
anorganik selain menjalin kepaduan juga membuat variasi penggunaan kata untuk
menghindarkan kebosanan pembacanya (Bandingkan jika kata ganti -nya
dikembalikan ke kata acuannya, yaitu sampah organik dan sampah anorganik).
Dalam penggunaan repetisi nama
orang hendaknya dibuatkan variasinya dengan kata ganti, frasa, atau idiom yang
merujuk ke pengertian yang sama untuk menghilangkan pembacanya.
Perhatikan contoh
penggunaan repetisi yang variatif dalam paragraf berikut ini!
Salah satu presiden yang unik
dan nyentrik di dunia ini adalah Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Beliau dapat terpilih menjadi presiden walaupun mempunyai penglihatan yang
tidak sempurna, bahkan dapat dikatakan nyaris buta. Presiden ke-4 Republik
Indonesia ini di awal masa jabatannya terlalu sering melakukan kunjungan ke
luar negeri sehingga mengundang kritik pedas terutama dari lawan politiknya.
Kiai dari Jawa Timur tersebut juga sering mengeluarkan pernyataan yang
kontroversial dan inkonsisten. Akibatnya, dia sering diminta untuk mengundurkan
diri dari jabatannya. Namun, mantan ketua PBNU itu tetap pada prinsipnya dan
tidak bergeming menghadapi semua itu.
(Lamuddin Finoza, Komposisi
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Insan Mulia), h. 154.)
Dalam paragraf di atas, Presiden
Abdurrahman Wahid digantikan dengan Gus Dur; Presiden ke-4 Republik Indonesia;
Kyai dari Jawa Timur; dia; mantan ketua PBNU. Selain penggunaan kata gantinya,
dalam paragraf di atas digunakan kata sambung bahkan dan kata kata penghubung
antarkalimat akibatnya dan namun.
3. Hanya Memiliki Satu
Pikiran Utama
Paragraf yang baik harus hanya
memiliki satu pikiran utama atau gagasan pokok. Jika dalam satu paragraf
terdapat dua atau lebih pikiran utama, paragraf tersebut tidak efektif.
Paragraf tersebut harus dipecah agar tetap memiliki hanya satu pikiran utama.
Satu pikiran utama itu didukung oleh pikiran-pikran penjelas. Pikiran-pikiran
penjelas ini lazimnya terwujud dalam bentuk kalimat-kalimat penjelas yang tentu
harus selalu mengacu pada pikiran utama.
2.3.
Jenis paragraf
Beberapa penulis seperti Sabarti
Akhadiah dan kawan-kawan, Gorys Keraf, Soedjito, dan lain-lain membagi paragraf
menjadi tiga jenis. Criteria yang mereka gunakan adalah sifat dan tujuan
paragraf tersebut. Namun karena pebicaraan tentang letak kalimat utama juga
memberikan nama tersendiri bagi setiap paragraf, penulis cenderung menjadikan
topik letak kalimat utama sebagai salah satu penjenisan paragraf. Berdasarkan hal
tersebut, jenis paragraf dibedakan sebagai berikut.
1. Jenis Paragraf
Berdasarkan Sifat dan Tujuannya
Gorys Keraf (1980:63-66)
memberikan penjelasan tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya
sebagai berikut.
a) Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan
mempunyai paragraf yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar
pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Sebab itu sifat dari paragraf semacam
itu harus menarik minat dan perhatin pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran
pembaca kepada apa yag sedang diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik,
karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca.
b) Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf
penghubung adalah semua paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan
paragraf penutup.
Inti persoalan yang akan
dikemukakan penulisan terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu dalam
membentuk paragraf-paragraf prnghubung harus diperhatikan agar hubungan antara
satu paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara
logis.
Sifat paragraf-paragraf
penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang
bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun
berasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung perntagan
pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk
kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
c) Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf
yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata
lain paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan
dalam paragraf-paragraf penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau
tema dari sebuah karangan haruslah teteap diperhatikan agar paragraf penutup
tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang
paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang
bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak
kesan kepada pembacanya.
2. Jenis Paragraf
Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Letak kalimat utama juga turut
menentukan jenis paragraf, dari dasar tersebut penulis menetapkan letak kalimat
utama dalam paragraf sebagai salah satu criteria penjenisan paragraf.
Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini berpijak pada pendapat
Sirai, dan kawan-kawan (1985:70-71) yang mengemukakan empat cara meletakkan
kalimat utama dalam paragraf.
a) Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai dengan
mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan
kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini
biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang
khusus.
Dengan cara menempatkan gagasan
pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut
mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan
paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf.
Contoh :
Pemakaian bahasa Indonesia
di seluruh Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, dan ucapan terlihat
dengan mudah. Pemakiaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering
dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan
televisi sudah terjaga dengan baik. Para pemuka kitapun pada umumnya belum
memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Fakta-fakta
di atas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Gagasan utama paragraf tersebut
terdapat diawal paragraf (Deduktif), yaitu pemakaian
bahasa Indonesia di seluruh Indonesia belum seragam.
b) Paragraf Induktif
Paragraf ini dimulai dengan
mengemukakan penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup
dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir
induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.
Contoh :
Lebaran masih seminggu lagi,
tetapi harga sembako seperti beras, gula, minyak, tepung, telur, dan lain-lain
telah naik secara signifikan. Makanan yang biasanya dikonsumsi dalam merayakan
Lebaran seperti roti, sirup, dan lain-lain melonjak harganya. Bahan pakaian dan
pakaian jadi untuk berlebaran, seperti busana muslimah, baju koko, kopiah,
kerudung, sajadah, dan sejenisnya pun tidak ketinggalan dari kenaikan harga
yang cukup tinggi. Kenaikan harga barang-barang selalu terjadi
menjelang Lebaran pada setiap tahun.
Gagasan utama paragraf tersebut
terdapat diakhir paragraf (Induktif), yaitu kenaikan
harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada setiap tahun.
c) Paragraf Gabungan
atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik
ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir
berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan
untuk lebih mempertegas ide pokok karena penulis merasa perlu untuk itu. Jadi
pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan
dua.
Contoh :
Buku merupakan sarana
utama dalam mencari ilmu. Bagaimana orang bisa
mengetahui ilmu dari berbagai belahan dunia. Dari buku pula kita bisa menambah
pengetahuan maupun pengalaman. Jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh
dalam kehidupan manusia.
Gagasan utama paragraf tersebut
terdapat diawal paragraf, yaitu buku merupakan sarana
utama dalam mencari ilmu. Sedangkan penegasan ide
pokoknya terdapat dalam akhir kalimat, yaitu jelaslah
bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
d) Paragraf Tanpa
Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai
kalimat utama. Berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun
paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi
atau deskripsi. Contoh paragraf tanpa kalimat utama:
Contoh :
Enam puluh tahun yang lalu,
pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang
menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan
disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun Siberi Tengah.
Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda
itu menjadi bola api membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul
ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih
dari 1000 km jauhnya. (Intisari, Feb.1996 dalam Keraf, 1980:74)
Sukar sekali untuk mencari sebuah
kalimat topik dalam paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat
deskriptif atau naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain.
Semuanya sama penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf
tersebut.
Paragraf tanpa kalimat utama
disebut juga paragraf naratif atau paragraf deskriptif, yang merupakan salah
satu jenis paragraf yang dibicarakan dalam penelitian ini.
3. Jenis Paragraf
Berdasarkan Isi
a) Narasi
Narasi atau cerita adalah jenis
karangan yang menceritakan suatu pokok persoalan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam narasi adalah :
- Biasanya cerita disampaikan secara
kronologis.
- Mengandung plot atau rangkaian
peristiwa.
- Ada tokoh yang menceritakan, baik
manusia maupun bukan.
Contoh:
Tepat pukul 16.30 perhitungan
suara pilkades di empat tempat pemungutan suara selesai. Berita acarapun segera
dibuat dan di tanda tangani, Pak Camat mengumumkan hasilnya. Teten yang
bertanda gambar padi mendapat 782 suara, Sugiono dengan tanda gambar ketela 324
suara, Paidi bertanda gambar jagung 316 suara. Suara tidak sah ada 33 lembar.
b) Diskripsi
Diskripsi adalah jenis karangan
yang dibuat untuk menyampaikan gambaran secara objektif suatu keadaan sehingga
pembaca memiliki pemahaman yang samadengan informasi yang disampaikan.
Ciri-ciri diskripsi adalah :
- Bersifat informatif
- Pembaca diajak menikmati sesuatu yang
ditulis
- Susunan peristiwa tidak dianggap penting
Contoh :
Pagi hari itu duduk di bangku
yang panjang dalam taman belakang rumah. Matahari belum tinggi, baru
sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan badan. Di depanku bermekaran
bunga beraneka warna. Angin pegunungan membelai wajah, membawa bau harum bunga.
Kuhirup hawa pagi yang segar sepuas-puasku. Nyaman rasa badan dan hilanglah
lelah berjalan untuk sehari kemarin.
c) Eksposisi
Eksposisi adalah karangan yang
dibuat untuk menerangkan suatu pokok persoalan yang dapat meperluas wawasan
pembaca. Untuk mempertegas masalah yang disampaikan biasanya dilengkapi dengan
gambar, data, dan statistik.
Contoh :
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
selama beberapa tahun terakhir ini mencapai rata-rata 7-8% pertahun. Dengan
demikian, pendapatan perkapita penduduk Indonesia mencapai beberapa kali lipat.
Selain itu berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah penduduk yang
dikategorikan miskin juga banyak berkurang.
d) Argumentasi
Argumentasi adalah jenis
karangan yang berisi gagasan lengkap dengan bukti dan alasan serta dijalin
dengan proses penalaran yang kritis dan logis. Argumentasi dibuat untuk
mempengaruhi atau meyakinkan pembaca untuk menyatakan persetujuannya.
Contoh :
Keluaga berencana berusaha
menjamin kebahagiaan hidup keluarga. Ibu tidak selalu merana oleh karena setiap
tahun melahirkan. Ayah tidak pula terlalu pusing memikirkan usaha untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya. Anakpun tidak terlantar hidupnya karena
kebutuhan hidup yang terjamin.
e) Persuasi
Persuasi adalah jenis karangan
yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang singkat, padat, dan menarik
untuk mempengaruhi pembaca sehingga pembaca terhanyut oleh siratan isinya.
Contoh :
Menabung uang di bank lebih aman
dan menguntungkan. Uang kita akan mendapat keuntungan dari bank sesuai dengan
uang tabungan yang telah disetor. Uang kita juga akan terjaga keamanannya dari
pencurian. Oleh karena itu marilah kita menabung uang di bank sebagai jaminan
masa depan kelak.
C. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Paragraf merupakan sekumpulan
kalimat yang dirangkai atau dihubungkan sehingga membentuk suatu gagasan
tertentu. Paragaf dibedakan menjadi tiga yaitu paragraf yang terbentuk
berdasarkan sifat dan tujuan, berdasarkan letak kalimat utamanya, dan
berdasarkan isinya. Sebuah paragraf yang baik harus memperhatikan beberapa
persyaratan agar terbentuk suatu gagasan yang mudah dimengerti oleh para
pembaca.
3.2. Saran
Agar sebuah paragraf dapat
tersusun dengan baik dan sesuai EYD diperlukan sebuah ketelitian dan
pengelolaan kata yang tepat. Menyusun sebuah paragraf harus seefektif mungkin
dan dapat menyampaikan ide pokok secara jelas sehingga mudah dipahami
Frase,
Klausa, dan Kalimat
A. Frase
Frase
adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang
menulis.
Dari batasan di atas dapatlah
dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
a.
Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Frase merupakan
satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu
selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
Macam-macam frase:
A.
Frase endosentrik
Frase
endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Frase endosentrik
yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini
dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya:
kakek-nenek
pembinaan dan pengembangan
laki
bini
belajar atau bekerja
2. Frase
endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur
yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang
hari libur
Perjalanan,
hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan
seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur
lainnya merupakan atributif.
3. Frase endosentrik
yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam
frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur
anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak
Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi,
anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi,
…., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak
Saleh merupakan aposisi (Ap).
B.
Frase Eksosentrik
Frase
eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
C.
Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
1. Frase Nominal: frase
yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit
2. Frase Verbal: frase
yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3. Frase Bilangan: frase
yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4. Frase Keterangan:
frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5. Frase Depan: frase
yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase
sebagai
aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
D.
Frase Ambigu
Frase
ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan
maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya:
Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja,
berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase
perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1. Perancang busana yang
berjenis kelamin wanita.
2. Perancang yang
menciptakan model busana untuk wanita.
B.
Klausa
Klausa
adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik
disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi
kalimat. Misalnya: banyak orang mengatakan.
Unsur
inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1. Berdasarkan unsur
intinya
2. Berdasarkan ada
tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat
3. Berdasarkan kategori
kata atau frase yang menduduki fungsi predikat
C. Kalimat
a.
Pengertian
Kalimat
adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung
pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang.
b.
Pola-pola kalimat
Sebuah
kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar
pembentukan kalimat luas itu.
1. Pola kalimat I = kata
benda-kata kerja
Contoh:
Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola
kalimat I disebut kalimat ”verbal”
2. Pola kalimat II =
kata benda-kata sifat
Contoh:
Anak malas. Gunung tinggi.
Pola
kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”
3. Pola kalimat III =
kata benda-kata benda
Contoh:
Bapak pengarang. Paman Guru
Pola
pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini
mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.
4. Pola kalimat IV (pola
tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh:
Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola
kalimat IV disebut kalimat adverbial
D. Jenis Kalimat
1.
Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan
kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih
unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu
tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat
Tunggal
|
Susunan
Pola Kalimat
|
Ayah merokok.
Adik minum susu.
Ibu menyimpan uang di dalam laci.
|
S-P
S-P-O
S-P-O-K
|
2.
Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a. Sebuah kalimat
tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu
membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca
puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
b. Penggabungan dari dua
atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih
pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat
(kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan
sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara,
kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1) Kalimat majemuk
setara
Kalimat
majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya
sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
a. Kalimat majemuk
setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta,
lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca
anak yang baik lagi pula sangat pandai.
b. Kalimat majemuk serta
memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
c. Kalimat majemuk
setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
2) Kalimat majemuk
bertingkat
Kalimat
majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang
diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan
kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat
yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a.
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya:
Diakuinya hal itu
P S
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
anak kalimat pengganti subjek
b.
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya:
Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
anak kalimat pengganti predikat
c.
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya:
Mereka sudah mengetahui hal
itu.
S
P
O
Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
anak kalimat pengganti objek
d.
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya:
Ayah pulang malam hari
S P
K
Ayah
pulang ketika kami makan malam
anak kalimat pengganti keterangan
3) Kalimat
majemuk campuran
Kalimat
majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan
beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola
kalimat.
Misalnya:
Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan
menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
pola atasan
datang seorang pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan kendaraan roda empat
pola bawahan II
3. Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a.
Kalimat inti
Kalimat
inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus
menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
1) Hanya terdiri atas
dua kata
2) Kedua kata itu
sekaligus menjadi inti kalimat
3) Tata urutannya adalah
subjek mendahului predikat
4) Intonasinya adalah
intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau
pergeseran makna laksikalnya..
b.
Kalimat luas
Kalimat
luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga
tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
c. Kalimat
transformasi
Kalimat
transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat
syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat
transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh
kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a. Kalimat Inti. Contoh:
Adik menangis.
b. Kalimat Luas. Contoh:
Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu
pelajaran matematika.
c. Kalimat
transformasi. Contoh:
i) Dengan
penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah
kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
ii) Dengan penambahan
jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek
kepada ayah untuk dibelikan komputer.
iii) Dengan perubahan kata
urut kata. Contoh: Menangis adik.
iv) Dengan perubahan intonasi.
Contoh: Adik menangis?
4. Kalimat Mayor dan Minor
a. Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya
mengandung dua unsur inti.
Contoh:
Amir mengambil buku itu.
Arif ada di laboratorium.
Kiki
pergi ke Bandung.
Ibu
segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah menunggu kami di rumah
Rati karena kami masih berada di sekolah.
b. Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu
unsur inti atau unsur pusat.
Contoh:
Diam!
Sudah siap?
Pergi!
Yang baru!
Kalimat-kalimat di atas mengandung satu unsur inti atau
unsur pusat.
Contoh: Amir mengambil.
Arif ada.
Kiki pergi
Ibu berangkat-ayah menunggu.
Karena terdapat dua inti, kalimat tersebut disebut kalimat mayor.
5. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara
atau penulis secara singka, jelas, dan tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami
oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan
kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa
yang berlaku.
Kalimat Tidak Efektif
Kalimat
tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat
yang terdapat pada kalimat efektif.
Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat
1.
kontaminasi= merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
contoh:
-
diperlebar, dilebarkan
diperlebarkan (salah)
-
memperkuat, menguatkan
memperkuatkan (salah)
-
sangat baik, baik sekali
sangat baik sekali (salah)
-
saling memukul, pukul-memukul
saling pukul-memukul (salah)
-
Di sekolah diadakan pentas seni.
Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
2.
pleonasme= berlebihan, tumpang tindih
contoh :
-
para hadirin (hadirin sudah jamak,
tidak perlu para)
-
para bapak-bapak (bapak-bapak sudah
jamak)
-
banyak siswa-siswa (banyak siswa)
-
saling pukul-memukul (pukul-memukul
sudah bermakna ‘saling’)
-
agar supaya (agar bersinonim dengan
supaya)
-
disebabkan karena (sebab bersinonim
dengan karena)
3.
tidak memiliki subjek
contoh:
-
Buah mangga mengandung vitamin
C.(SPO) (benar)
-
Di dalam buah mangga terkandung
vitamin C. (KPS) (benar) ??
-
Di dalam buah mangga mengandung
vitamin C. (KPO) (salah)
4.
adanya kata depan yang tidak perlu
-
Perkembangan daripada
teknologi informasi sangat pesat.
-
Kepada
siswa kelas I berkumpul di aula.
-
Selain daripada bekerja, ia
juga kuliah.
5.
salah nalar
-
waktu dan tempat dipersilahkan.
(Siapa yang dipersilahkan)
-
Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah
bisa menolak?)
-
Silakan maju ke depan. (maju selalu
ke depan)
-
Adik mengajak temannya naik ke atas.
(naik selalu ke atas)
-
Pak, saya minta izin ke belakang.
(toilet tidak selalu berada di belakang)
-
Saya absen dulu anak-anak. (absen:
tidak masuk, seharusnya presensi)
-
Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal
meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
6.
kesalahan pembentukan kata
-
mengenyampingkan seharusnya
mengesampingkan
-
menyetop seharusnya menstop
-
mensoal seharusnya menyoal
-
ilmiawan seharusnya ilmuwan
-
sejarawan seharusnya ahli sejarah
7. pengaruh bahasa asing
-
Rumah di mana ia tinggal … (the
house where he lives …) (seharusnya tempat)
-
Sebab-sebab daripada perselisihan …
(cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
-
Saya telah katakan … (I have told)
(Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
8. pengaruh bahasa
daerah
-
… sudah pada hadir. (Jawa: wis padha
teka) (seharusnya sudah hadir)
-
… oleh saya. (Sunda: ku abdi)
(seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
-
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo)
(seharusnya mungkin)
.
E. Konjungsi
Konjungsi antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf.
Konjungsi
atau kata sambung adalah kata-kata yang menghubungkan bagian-bagian kalimat,
menghubungkan antarkalimat, antarklausa, antarkata, dan antarparagraf.
1.
Konjungsi antarklausa
a.
Yang sederajat: dan, atau, tetapi, lalu, kemudian.
b.
Yang tidak sederajat: ketika, bahwa, karena, meskipun, jika, apabila.
2.
Konjungsi antarkalimat: akan tetapi, oleh karena itu, jadi, dengan
demikian.
3.
Konjungsi antarparagraf: selain itu, adapun, namun.
TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF
Pengembangan paragraf dapat dibedakan
berdasarkan teknik dan isi paragraf.
1) Berdasarkan Teknik : (1) secara
alamiah ; a. Urutan ruang ,b. Urutan waktu, (2) Klimaks dan antiklimaks, (3)
Umum ke Khusus
2) Berdasarkan Isi : (1) perbandingan
dan pertentangan, (2) analogi, (3) contoh-contoh, (4) sebab-akibat, (5)
definisi luas, (6) klasifikasi
Berdasarkan Teknik
(1) Secara alamiah
Dalam hal ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah
ada pada objek atau kejadian yang dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua
macam urutan :
a) Urutan ruang (spesial)
yang membaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah
ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari atas
ke bawah, dari kanan ke kiri, dan sebagainya.
b)Urutan waktu (urutan kronologis) yang
menggambarkan urutan terjadinya
peristiwa, perbuatan atau tindakan.
(2) Klimaks dan Antiklimaks
Pikiran utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan
bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur
dengan gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya
atau kepentingannya.
(3) Umum ke Khusus, Khusus ke Umum
Cara ini paling banyak digunakan dalam pengembangan
paragraf, baik dari umum ke khusus atau sebaliknya dari khusus ke umum. Dalam
bentuk umum ke khusus, pikiran utama diletakkan pada awal paragraf, kemudian
diikuti dengan perincian-perincian. Sebaliknya dari khusus ke umum, dimulai
dengan perincian-perincian dan diakhiri dengan kalimat utama. Karya ilmiah
umumnya berbentuk deduktif artinya dari umum ke khusus.
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia
adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini dimungkinkan oleh
kenyatan bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi Lingua
Franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi
oleh faktor tidak terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya persaingan bahasa
daerah satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai
bahasa nasional.
Berdasarkan Isi
(1) Perbandingan dan Pertentangan
Untuk menambah kejelasan sebuah paparan, kadang-kadang
penulis berusaha membandingkan atau mempertentangkan. Dalam hal ini penulis
menunjukkan persamaan dan perbedaan antara 2 hal tersebut.
Yang dapat dibandingkan adalah dua hal yang tingkatannya
sama dan kedua hal itu mempunyai persamaan dan perbedaan.
Perhatikan paragraf berikut ini :
Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik
dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil di muka umum seperti apa yang
diharapkan rakyatnya. Kalau keluar kota paling senang mengenakan pakaian yang
praktis. Ia menyenangi topi dan scraf. Lain halnya dengan Margareth Thatcher.
Sejak menjadi pemimpin parta konservatif, ia melembutkan gaya berpakaian dan
rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. Ia lebih cenderung
berbelanja di tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan, ke
pemakaman dan upacara resmi pembukaan parlemen.
(2) Analogi
Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang
sudah dikenal umum dengan yang tidak atau kurang dikenal umum. Gunanya untuk
menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut.
Perhatikan paragraf berikut ini :
Perkembangan teknologi sungguh
menakjubkan. Kehebatannya menandingi kesaktian para satria dan dewa dalam
cerita wayang. Kereta-kereta tanpa kuda, tanpa sapi, dan tanpa kerbau.
Jakarta-Surabaya telah dapat ditempuh dalam sehari. Deretan gerbong yang
panjang penuh barang dan orang, hanya ditarik dengan kekuatan air semata.
Jaringan jalan kereta api telah membelah-belah pulau. Asap yang mewarnai tanah
air dengan garis hitam, semakin pudar untuk hilang ke dalam ketiadaan. Dunia
rasanya tidak berjarak lagi, telah dihilangkan dengan kawat. Kekuatan bukan
lagi monopoli gajah dan badak, tepapi telah diganti dengan benda-benda kecil
buatan manusia.
(3) Contoh-contoh
Sebuah generalisasi yang terlalu umum sifatnya agar dapat
memberikan penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh
yang konkret. Dalam hal ini sumber pengalaman sangat efektif.
Perhatikan paragraf berikut ini :
Masih berkisar tentang pencemaran
lingkungan, Gubernur Jawa Tengah, Mardiyanto, memberi contoh tentang jambu mete
di Mayong Jepara yang diserang ulat kipat atau Cricula Trifenestrata. Ulat ini
timbul akibat berdirinya peternakan ayam di tengah-tengah perkebunan tersebut…
(4) Sebab – Akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk
sebab akibat. Dalam hal ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama,
dan akibat sebagai pikiran penjelas. Dapat juga sebaliknya. Akibat
sebagai pikiran utama dan untuk memahami akibat ini dikemukakan sejulah
penyebab sebagai perinciannya.
Perhatikan CONTOH PARAGRAF berikut ini :
Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali
macet dan semarawut. Lebih dari separuh jalan kendaraan kembali tersita oleh
kegiatan perdagangan dan kaki lima. Untuk mengatasinya, pemerintah akan
memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan dengan trotoar. Pagar ini juga
berfungsi sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka
diijinkan berdagang. Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat
pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan, sehingga
menimbulkan kemacetam lalu lintas.
Pengembangan paragraf dapat dibedakan berdasarkan teknik
dan isi paragraf.
3) Berdasarkan Teknik : (1) secara
alamiah ; a. Urutan ruang ,b. Urutan waktu, (2) Klimaks dan antiklimaks, (3)
Umum ke Khusus
4) Berdasarkan Isi : (1) perbandingan
dan pertentangan, (2) analogi, (3) contoh-contoh, (4) sebab-akibat, (5)
definisi luas, (6) klasifikasi
Berdasarkan Teknik
(1)
Secara alamiah
Dalam hal ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah
ada pada objek atau kejadian yang dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua
macam urutan :
a)Urutan ruang (spesial) yang membaca dari satu titik ke
titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari
depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari atas ke bawah, dari kanan ke kiri,
dan sebagainya.
b) Urutan waktu (urutan
kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau
tindakan.
(2)
Klimaks dan Antiklimaks
Pikiran utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan
bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur
dengan gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya
atau kepentingannya.
(3) Umum ke Khusus, Khusus ke Umum
Cara ini paling banyak digunakan dalam pengembangan
paragraf, baik dari umum ke khusus atau sebaliknya dari khusus ke umum. Dalam
bentuk umum ke khusus, pikiran utama doletakkan pada awal paragraf, kemudian
diikuti dengan perincian-perincian. Sebaliknya dari khusus ke umum, dimulai
dengan perincian-perincian dan diakhiri dengan kalimat utama. Karya ilmiah
umumnya berbentuk deduktif artinya dari umum ke khusus.
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia
adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini dimungkinkan oleh
kenyatan bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi
Lingua Franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang
lagi oleh faktor tidak terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya persaingan
bahasa daerah satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya
sebagai bahasa nasional.
b)Berdasarkan Isi
1)Perbandingan dan Pertentangan
Untuk menambah kejelasan sebuah paparan, kadang-kadang
penulis berusaha membandingkan atau mempertentangkan. Dalam hal ini penulis
menunjukkan persamaan dan perbedaan antara 2 hal tersebut.
Yang dapat dibandingkan adalah dua hal yang tingkatannya
sama dan kedua hal itu mempunyai persamaan dan perbedaan.
Perhatikan paragraf berikut ini :
Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik
dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil di muka umum seperti apa yang
diharapkan rakyatnya. Kalau keluar kota paling senang mengenakan pakaian yang
praktis. Ia menyenangi topi dan scraf. Lain halnya dengan Margareth Thatcher.
Sejak menjadi pemimpin parta konservatif, ia melembutkan gaya berpakaian dan
rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. Ia lebih cenderung
berbelanja di tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan, ke
pemakaman dan upacara resmi pembukaan parlemen.
2) Analogi
Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang
sudah dikenal umum dengan yang tidak atau kurang dikenal umum. Gunanya untuk
menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut.
Perhatikan paragraf berikut ini :
Perkembangan teknologi sungguh
menakjubkan. Kehebatannya menandingi kesaktian para satria dan dewa dalam
cerita wayang. Kereta-kereta tanpa kuda, tanpa sapi, dan tanpa kerbau.
Jakarta-Surabaya telah dapat ditempuh dalam sehari. Deretan gerbong yang
panjang penuh barang dan orang, hanya ditarik dengan kekuatan air semata.
Jaringan jalan kereta api telah membelah-belah pulau. Asap yang mewarnai tanah
air dengan garis hitam, semakin pudar untuk hilang ke dalam ketiadaan. Dunia
rasanya tidak berjarak lagi, telah dihilangkan dengan kawat. Kekuatan bukan
lagi monopoli gajah dan badak, tepapi telah diganti dengan benda-benda kecil
buatan manusia.
3)Contoh-contoh
Sebuah generalisasi yang terlalu umum sifatnya agar dapat
memberikan penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh
yang konkret. Dalam hal ini sumber pengalaman sangat efektif.
Perhatikan paragraf berikut ini :
Masih berkisar tentang pencemaran
lingkungan, Gubernur Jawa Tengah, Mardiyanto, memberi contoh tentang jambu mete
di Mayong Jepara yang diserang ulat kipat atau Cricula Trifenestrata. Ulat ini
timbul akibat berdirinya peternakan ayam di tengah-tengah perkebunan tersebut.
Menurut Gubernur, izin peternakan ayam di Mayong itu diberikan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebab – Akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk
sebab akibat. Dalam hal ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama,
dan akibat sebagai pikiran penjelas. Dapat juga sebaliknya. Akibat
sebagai pikiran utama dan untuk memahami akibat ini dikemukakan sejulah
penyebab sebagai perinciannya.
Perhatikan paragraf berikut ini :
Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali
macet dan semarawut. Lebih dari separuh jalan kendaraan kembali tersita oleh
kegiatan perdagangan dan kaki lima. Untuk mengatasinya, pemerintah akan
memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan dengan trotoar. Pagar ini juga
berfungsi sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka
diijinkan berdagang. Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat
pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan, sehingga
menimbulkan kemacetam lalu lintas.
Definisi Luas
Untuk memberikan batasan tentang sesuatu, kadang-kadang
penulis terpaksa menguraikan dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa alinea.
Perhatikan paragraf berikut ini :
Pengajaran mengarang sebagai kegiatan
terpadu, biasanya ditunda sampai siswa agak mampu menggunakan bahasa lisan,
seperti dalam pelajaran membaca. Pada tahap awal, latihan mengarang itu
biasanya digunakan untuk memperkuat kemampuan dasar seperti : ejaan, pungtuasi,
kosa kata, kalimat, dan lain-lain. Kemudian kemampuan mengarang dijadikan
pelajaran tersendiri, yakni pengajaran mengarang. Jadi, mengarang adalah suatu
kemampuan yang kompleks yang menggabungkan sejumlah unsur kemampuan yang
berlain-lainan.
Klasifikasi
Dalam pengembangan karangan, kadang-kadang kita mengelompokkan
hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan ini biasanya diperinci lagi
lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Perhatikan paragraf berikut ini :
Dalam karang-mengarang atau
tulis-menulis, dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang
berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang
termasuk kemampuan kebahasaan ialah kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi, kosa
kata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemapuan pengembangan
ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok
bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.
Definisi Luas
Untuk memberikan batasan tentang sesuatu, kadang-kadang
penulis terpaksa menguraikan dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa alinea.
Perhatikan paragraf berikut ini :
Pengajaran mengarang sebagai kegiatan
terpadu, biasanya ditunda sampai siswa agak mampu menggunakan bahasa lisan,
seperti dalam pelajaran membaca. Pada tahap awal, latihan mengarang itu
biasanya digunakan untuk memperkuat kemampuan dasar seperti : ejaan, pungtuasi,
kosa kata, kalimat, dan lain-lain. Kemudian kemampuan mengarang dijadikan
pelajaran tersendiri, yakni pengajaran mengarang. Jadi, mengarang adalah suatu
kemampuan yang kompleks yang menggabungkan sejumlah unsur kemampuan yang
berlain-lainan.
Klasifikasi
Dalam pengembangan karangan, kadang-kadang kita
mengelompokkan hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan ini biasanya
diperinci lagi lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Perhatikan paragraf berikut ini :
Dalam karang-mengarang atau
tulis-menulis, dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang
berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang
termasuk kemampuan kebahasaan ialah kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi, kosa
kata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemapuan pengembangan
ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok
bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.
PENGEMBANGAN ALINEA (PARAGRAF)
Latar
Belakang
Dalam
sebuah karangan ilmiah tidak mungkin baik bila paragraf-paragraf penyusunnya
tidak baik. Sama halnya dengan paragraf, tidak mungkin menjadi paragraf yang baik
bila kalimat-kalimat penyusunnya juga tidak baik. Demikian juga dengan kalimat,
tidak mungkin diperoleh kalimat yang baik bila kata-kata penyusunnya tidak
tepat dan tidak sesuai. Berkaitan dengan paragraf, berikut ini Saya akan
membahas pengertian paragraf, ciri paragraf yang baik, Dan jenis-jenis
paragraph.
1. Pengertian
Paragraf
disebut juga alinea. Kata paragraf diserap dalam bahasa Indonesia dari bahasa
Inggris paragraph, sedangkan alinea diserap dari bahasa Belanda dengan
ejaan yang sama. Kata alinea bahasa Belanda itu sendiri berasal dari
bahasa latin a linea yang berarti ‘mulai dari baris baru’. Adapun bahasa
Inggris paragraph berasal dari bahasa Yunani para yang berarti
‘sebelum’ dan grafein yang berarti ‘menulis; menggores’. Pada mulanya paragraf
atau alenia tidak dituliskan terpisah dengan mulai garis baru seperti yang kita
kenal sekarang, tetapi dituliskan menyatu dalam sebuah teks dengan menggunakan
tanda sebagai ciri awal paragraf (Sakri 1992:1).
Paragraf
adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.
Paragraf
juga merupakan perpaduan kalimat-kalimat yang memperlihatkan kesatuan
pikiran atau kalimat-kalimat yang berkaitan dalam membentuk gagasan atau topik
tersebut. Sebuah Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin
terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan
sering kita temukan sebuah paragraf terdiri atas lebih dari lima buah kalimat.
Meskipun paragraf terdiri atas beberapa kalimat, tidak satu pun dari kalimat-kalimat
itu yang membicarakan soal lain. Seluruh paragraf memperbincangkan satu masalah
atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah itu (Arifin 1988:125).
Jadi, paragraf adalah bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat
yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran.
Berikut ini adalah contoh sebuah paragraf.
“
Berdasarkan sarananya bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa tulis
dan lisan. Bahasa tulis ialah bahasa yang dituliskan atau dicetak, berupa
karangan, sedangkan bahasa lisan ialah bahasa yang diucapkan atau dituturkan,
berupa pidato atau percakapan. Dalam bahasa tulis paragraf merupakan bagian
dari suatu karangan dan dalam bahasa lisan merupakan bagian dari suatu tuturan.”
Paragraf tersebut terdiri atas tiga kalimat. Semua kalimat itu membicarakan
soal bahasa tulis dan lisan. Oleh karena itu, topik paragraf itu adalah masalah
bahasa. Dalam tulisan-tulisan lain kita juga akan menjumpai topik
paragraf yang lain pula. Topik-topik paragraf adalah pikiran utama di
dalam sebuah paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf itu terpusat pada
pikiran utama. Pikiran utama itulah yang menjadi pokok pembicaraan. Karena itu,
pikiran utama disebut juga gagasan pokok di dalam sebuah paragraf. Dengan
demikian, apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah paragraf itulah topik
paragraph.
2. Syarat Paragraf Yang Baik
1. Kepaduan paragraf
Langkah-langkah yang
harus kita tempuh adalah adanya kemampuan untuk merangkai kalimat sehingga
berkaitan satu sama lain sehingga logis dan serasi. Lalu gunakanlah kata
penghubung yang dapat membuat kalimat saling berkaitan. Terdapat dua jenis kata
penghubung, yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung
antarkalimat. Intrakalimat yaitu kata yang menghubungkan anak kalimat dengan
induk kalimat, contohnya: karena, sehingga, tetapi, dsb. Sedangkan antarkalimat
yaitu kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya,
contohnya: oleh karena itu, jadi, kemudian dan sebagainya.
Contoh :
Remaja mempunyai banyak potensi untuk dikembangkan. Remaja terkadang tidak
menyadari bahwa ia memiliki banyak kelebihan yang bisa digali dan diberdayakan
guna menyongsong masa depan. Mereka perlu bantuan untuk dimotivasi dan diberi
wawasan. Anak-anak muda lewat potensinya adalah penggengam masa depan yang
lebih baik dari para pendahulunya.
2. Kesatuan paragraf
Syarat yang kedua adalah
kesatuan paragraf. Yang dimaksud kesatuan adalah tiap pargaraf hanya mengandung
satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Kalimat utama yang
diletakkan di awal paragraf biasa kita sebut dengan paragraf deduktif,
sedangkan kalimat utama yang diletakkan di akhir paragraf biasa kita sebut
dengan paragraf induktif. Adapun ciri-ciri dalam membuat kalimat utama, yakni
kalimat yang dibuat harus mengandung permasalahan yang berpotensi untuk
diperinci atau diuraikan lebih lanjut. Ciri-ciri lainnya yaitu kalimat utama
dapat dibuat lengkap dan berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung, baik
kata penghubung antarkalimat maupun kata penghubung intrakalimat.
Contoh paragraf deduktif
PBB menetapkan 12
Agustus sebagai hari Remaja Internasional. Pencetus gagasan ini ialah para
menteri sedunia yang menangani masalah remaja di portugal 1998. Tujuannya guna
memicu kesadaran remaja untuk memahami masalah sosial budaya, lingkungan hidup,
pendidikan dan kenakalan remaja.
Contoh paragraf induktif
Kalau ditanya rencana
masa depan, banyak remaja menjawab asal-asalan. Mereka tidak punya greget dalam
menatap masa depan, mereka sebagai air, mengikuti aliran tanpa berperan
mengarahkan air itu. Tanpa motivasi, tanpa perencanaan yang jelas. Mereka yang
pesimis, harapan masa depannya pun rendah.
3. Kelengkapan paragraf
Sebuah paragraf
dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat-kalimat penjelas secara
lengkap untuk menunjukan pokok pikiran atau kalimat utama. Ciri-ciri kalimat
penjelas yaitu berisi penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh dll. Selain
itu, kalimat penjelas berarti apabila dihubungkan dengan kalimat-kalimat di
dalam paragraf. Kemudian kalimat penjelas sering memerlukan bantuan kata
penghubung, baik kata penghubung antarkalimat maupun kata penghubung
intrakalimat.
3. Jenis – Jenis Paragraf
1. PARAGRAF NARASI
Paragraf Narasi adalah
paragraf yang menceritakan suatu kejadian berdasarkan kronologisnya.
Contoh :
Siang itu, Sabtu pekan
lalu, Ramin bermain bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah kontramelodi yang
hebat, lalu bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin
dan tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Ahmad,
mempelai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan
Kampung Meruyung. Mereka membawakan lagu “Mars Jalan” yang dirasa tepat untuk
mengantar Ahma, sang pengantin….
Sumber : Tempo, 20 Februari
2005 dari alamat website www.scribd.com
2. PARAGRAF DESKRIPSI
Paragraf Deskripsi
adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek dengan kata – kata yang
merangsang indra realistis.
Contoh :
Siang itu aku sedang
duduk santai di sofa empuk di dalam apotik milikku yang baru saja dibuka.
Apotik ini adalah impianku sejak aku kuliah di Farmasi dulu. Sekarang aku memandang
puas pada usahaku selama ini. Aku bisa mendirikan apotik di kota kelahiranku.
Apotik ini cukup luas, beberapa rak besar tempat obat-obatan berjejer rapi
dengan kemasan-kemasan obat warna-warni yang dikelompokkan menurut
farmakologinya dan disusun alfabetis. Pandangan saya tertuju pada rak buku di
pojok ruangan yang berisi buku-buku tebal. Ku ambil satu buku yang disampulnya
tertulis Informasi Spesialis Obat atau yang biasa disebut kalangan farmasi
dengan buku ISO. Setelah ku pandangi aku tersenyum dan mengembalikannya ke
tempat semula. buku ini adalah buku pertama yang kubeli saat aku kuliah dulu.
Aku memandang lagi secara keseluruhan apotik ini, sebuah televisi 14 inci dan
sebuah computer di meja kasir. Hembusan angin dari AC cukup membuat udara terasa
sejuk di bulan Mei yang panas ini.
3. PARAGRAF EKSPOSISI
Paragraf Eksposisi
adalah paragraf yang menguraikan suatu kejadian sejelas – jelasnya agar pembaca
mudah mengerti.
Contoh :
Paragraph 1 (a):
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen
murni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy
merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan
penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.
Paragraph 2 (b):
Pernahkan Anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut? Bagaimana
cara mengatasinya? Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut
tersebut. Pertama, persipakan diri Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi
atau suasana tertentu; kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi
tersebut; ketiga, pupuk dan binalah rasa percaya diri; keempat, setelah timbul
rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda; kelima, untuk menambah rasa percaya
diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melaluin latihan atau belajar
sungguh-sungguh.
Sumber : www.telukbone.org
4. PARAGRAF ARGUMENTASI
Paragraf Argumentsi
adalah suatu paragraf yang isinya membuktikan kebenaran suatu pendapat atau kesimpulan
dengan data dan fakta sebagai bukti.
Contoh
:
Mempertahankan kesuburan
tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman
dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal
kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah
itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan menjaga
kesuburannya dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.
Sumber : www.publicopinion.com
5.
PARAGRAF PERSUASI
Paragraf Persuasi adalah
paragraf yang isinya berupa ajakan kepada pembaca agar melakukan sesuatu yang
diajukan sepenulis.
Contoh :
Sistem pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang
ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan
membaca siswa kelas IV SD di Indonesia yang berada pada peringkat terendah di
Asia Timur setelah Philipina, Thailand, Singapura, dan Hongkong. Selain itu,
berdasarkan penelitian, rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin
menurun. Anak-anak di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan.
Kenyataan ini disajikan bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan,
pelaksana pendidikan, dan keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-mata
agar kita menyadari sistem pendidikan kita mengalami krisis. Oleh karena itu,
semua pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan memperbaiki sistem pendidikan nasional.
Sumber : Kompas,14 Mei 2009 dengan perubahan seperlunya
Pengembangan Paragraf
Mengarang adalah mengembangkan
beberapa kalimat topik. Dalam karangan itu kita harus mengembangkan paragraf
demi paragraf. Oleh karena itu, kita harus dapat menempatkan kalimat topik.
Satu paragraf hanya mengandung satu kalimat topik. Contoh di bawah ini
menunjukkan perbedaan paragraf yang tidak hemat akan kalimat topik. Paragraf
yang tidak hemat ini mengandung tiga buah kalimat topik.
Penggemar seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun
asal memperoleh seruling buatan Morgan. Pertengahan bulan Juli Morgan
menghentikan pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak yang telah memesan
seruling buatannya. Memang dewasa ini Morgan tergolong pembuat instrumen tiup
kelas dunia.
Perhatikan paragraf berikut yang merupakan
pengembangan kalimat-kalimat topik di atas.
Penggemar seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun
asal memperoleh seruling buatan Morgan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh
beberapa penggemar seruling Eropa. Hal ini terjadi setelah Morgan mengemukakan
bahwa pemesanan serulingnya ditutup.
Pada pertengahan bulan Juli Morgan
menghentikan pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak yang telah memesan
seruling buatannya. Jika dibuat terus menerus, Morgan harus bekerja
selama empat belas tahun guna memenuhi pesanan tersebut. Seruling buatan Morgan
sangat berperan pada musik di dunia Eropa sejak tahun 1950. Dewasa ini Morgan
tergolong ahli pembuat instrumen tiup kelas dunia. Beberapa ahli lainnya adalah
Hans Caolsma (Utreacth), Mortin Skovroneck (Bremen), Frederick van Huene
(Amerika Serikat), Klaus Scheel (Jerman), serta Sighoru Yamaoka dan Kuito
Kinoshito (Jepang). (Dikutip dari Arifin 1988:138).
Kalau kita amati, ternyata
paragraf-paragraf yang terakhir lebih “berbicara” daripada paragraf sebelumnya
yang mengandung tiga buah kalimat topik. Paragraf terakhir hemat akan kalimat
topik, tetapi kreatif akan kalimat-kalimat penjelas.
Pengembangan
alinea juga berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena kalimat topiklah
yang mengandung inti permasalahan atau ide utama alinea.
·
Paragraf Induktif
Teks induktif dikembangkan dari sesuatu yang bersifat khusus, lebih spesifik,
menjadi suatu kesimpulan yang bersifat umum, lebih luas. Akan tetapi, kita
harus hati-hati dalam menarik kesimpulan menggunakan pola induktif karena
kesimpulan umum yang diambil belum tentu dapat dipertanggungjawabkan. Oleh
karena itu, agar kesimpulan yang diambil sesuai dengan kenyataan, data, fakta,
bukti, referensi, dan keterangan lain yang dijadikan dasar pengambilan
kesimpulan haruslah lengkap dan akurat.
Contoh :
Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian.
Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan
soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan
soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari
di buku. Itulah beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional
Kalimat utama dari paragraph adalah kalimat yang
di garis bawahi, dan kalimat itu berada diakhir paragraf sesuai dengan
ciri-ciri dari paragraph induktif.
Paragraf deduktif adalah contoh suatu paragraf yang dibentuk dari suatu masalah
yang bersifat umum, lebih luas. Setelah itu ditarik kesimpulan menjadi suatu
masalah yang bersifat khusus atau lebih spesifik. Atau juga dapat diartikan,
suatu paragraf yang kalimat utamanya berada di depan paragraf kemudian diikuti
oleh kalimat penjelas.
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional.
Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian.
Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan
soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan
soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari
di buku.
Kalimat utama dari paragraph adalah kalimat yang
di garis bawahi, dan kalimat itu berada depan paragraf sesuai dengan ciri-ciri
dari paragraph deduktif.
- Paragraf
induktif deduktif
Paragraf induktif deduktif adalah suatu paragraf yang kalimat utamanya berada
di depan dan diakhir kalimat
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional (UAN).
Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian.
Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan
soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan
soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari
di buku. Oleh karena itu, maka sebaiknya para guru memberitahukan tips
belajar menjelang UAN.
Kalimat utama pada paragraf ini yaitu
terletak pada kalimat yang digaris bawahi, kalimat tersebut terdapat didepan
dan diakhir paragraf.
Selain
itu kelengkapan paragraf juga berhubungan dengan cara mengembangkan paragraf.
Paragraf dapat dikembangkan dengan cara pertentangan, perbandingan, analogi,
contoh, sebab akibat, definisi dan klasifikasi.
1. Cara pertentangan
Biasanya menggunakan
ungkapan-ungkapan seperti berbeda dengan, bertentangan dengan, sedangkan, lain
halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari.
Contoh :
Orang
yang suka memberi dengan ikhlas hidupnya tak pernah kekurangan, berbeda dengan
orang yang kikir, jiwanya tertekan karena harus pelit.
2. Cara perbandingan
Biasanya menggunakan
ungkapan seperti, serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan,
sejalan dengan, akan tetapi, sedangkan, dan sementara itu.
Contoh :
Hidup
jangan seperti lalat yang suka makan barang-barang busuk, akan tetapi hiduplah
seperti lebah yang hanya makan sari bunga yang wangi dan manis yang memberikan
banyak keuntungan bagi makhluk lain.
3. Cara analogi
Analogi adalah bentuk
pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki suatu
kesamaan atau kemiripan, biasanya dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata-kata
kiasan yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti dan bagaikan.
Contoh :
Peran
gizi bagi kesehatan manusia tidak bisa ditawar-tawar lagi, tubuh ibarat mobil,
mobil perlu bensin untuk jalan, manusia pun perlu beras untuk berenergi.
4. Cara Contoh- contoh
Kata, seperti, misalnya,
contohnya dan lain-lain merupakan ungkapan-ungkapan dalam pengembangan dalam
mengembangkan paragraf dengan contoh.
Contoh:
Tak
ada seorang pun yang tak ingin kaya, apalagi kaya dengan rejeki yang halal,
tapi didunia ini berlaku hukum keseimbangan, kaya dengan halal harus kerja
keras, kerja cerdas dan kerja waras. Kekayaan hasil korupsi tidak akan pernah
membuahkan kebahagiaan. Contohnya : Bapak A memimpin sebuah lembaga negara,
yang asalnya biasa sekarang jadi superkaya, rumahnya bak istana, setiap anak
punya mobil dan apartemen, tetapi anehnya ketiga anak laki-lakinya tidak ada
yang lulus kuliah, anak perempuannya hobi kawin cerai dan dua cucunya mengalami
keterbelakangan mental.
5. Cara sebab akibat
Dilakukan jika
menerangkan suatu kejadian. Ungkapan yang digunakan yaitu, padahal, akibatnya,
oleh karena itu dan karena.
Contoh :
Pertama
kali pindah kekota ia adalah anak yang baik, tahun pertama ia masuk Smk mulai
merokok, malam minggu kumpul ditempat tongkrongan langganan, disuguhi minuman
beralkohol, mulailah mabuk-mabukan. Kini rokoknya diganti dengan lintingan
ganja, uang transport sering dipakai beli ganja, sekolah sering bolos,
akibatnya raport jelek, badan kurus dan sekarang mulai berani enjual
barang-barang rumah untuk membeli si daun haram itu.
6. Cara definisi
adalah, yaitu, ialah,
merupakan kata-kata yang digunakan dalam mengembangkan paragraf secara
definisi.
Contoh :
Paragraf
ialah suatu bagian dari karangan yang di dalamnya terdiri atas beberapa kalimat
yang selalu berkaitan satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh
membentuk satu pikiran utama. Di dalam paragraf biasanya terdapat satu kalimat
yang menjadi pokok pikiran dari paragraf tersebut yang biasa kita kenal dengan
kalimat utama.
7. Cara klasifikasi
Adalah pengembangan
paragraf melalui pengelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Kata-kata
ungkapan yang lazim digunakan yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi,
terbagi menjadi, dan mengklasifikasikan.
Contoh :
Ada
paragraf yang isinya mengisahkan kehidupan seseorang, menjelaskan sebuah
proses, melukiskan keadaan dengan kata-kata, bahkan ada paragraf yang isinya
mempengaruhi cara berpikir orang lain. Ditinjau dari sifat isi paragraf tadi
maka paragraf dapat digolongkan menjadi paragraf deskriptif, paragraf naratif,
paragraf persuatif, dan paragraf argumentatif.
Kesimpulan
1)Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada
sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai
dengan baris baru.
2)Syarat penulisan paragraf karya ilmiah adalah memiliki kesatuan, kepaduan,
kelengkapan.
3)Teknik pengembangan paragraf meliputi generalisasi, analogi, klasifikasi,
perbandingan, sebab akibat, akibat sebab, metode definisi luas, metode alamiah,
metode bergambar.
4)Teknik penulisan paragraf meliputi menentukan ide pokok, menguraikan ide
pokok dengan kalimat penjelas, mengembangkan paragraf dengan menggunakan teknik
pengembangan paragraf, dan memilih kata atau penyeleksian kata yang tepat dalam
penulisan paragraf.
5)Hubungan antarparagraf memiliki kesetalian dalam mengikat pernyataan,
sehingga terjadi satu kesetalian antara paragraf satu dengan yang lainnya.
Sumber :
Ø Sunarno. 2007. Paragraf Induktif
http//:sunarno5.wordpress.com/2007/12/12/06/ paragraf-induktif