KELAINAN (AUTISME)
BAB I
PENDAHULUAN
.
LATAR
BELAKANG
Autis pertama kali diperkenalkan
dalam suatu makalah pada tahun 1943 oleh seorang psikiatris Amerika yang
bernama Leo Kanner. Ia menemukan sebelas anak yang memiliki ciri-ciri yang
sama, yaitu tidak mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan individu lain dan
sangat tak acuh terhadap lingkungan di luar dirinya, sehingga perilakunya
tampak seperti hidup dalam dunianya sendiri.
Autis merupakan suatu gangguan
perkembangan yang kompleks yang berhubungan dengan komunikasi, interaksi sosial
dan aktivitas imajinasi.
Dalam Pendidikan Luar
Biasa kita banyak mengenal macam macam Anak Berkebutuhan Khusus. Salah satunya
anak Autis.
Anak autis juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan
baik itu keterampilan, maupun secara akademik.
Permasalahan yang dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak autis, penyebabnya dan lainnya.
Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum.
Permasalahan yang dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak autis, penyebabnya dan lainnya.
Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum.
Dalam masyarakat nantinya anak-anak
tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi
yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa
mandiri. Oleh karena itu makalah ini nantinya dapat membantu kita mengetahui
anak autis tersebut.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah makalah ini, antara lain:
1. Apakah pengertian autis ?
2. Apa faktor penyebab?
3. Bagaimana gejala autis?
4. Bagaimana karakteristik autis ?
5. Apakah hambatan-hambatan anak autis ?
6. Bagaimana terapi penunjang bagi anak autis ?
7. Bagaimana pendekatan pembelajaran anak autis?
8. Bagaimana model pelayanan pendidikan anak autis?
9. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar ?
10. Bagaimana hambatan dan solusi belajar mengajar ?
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk
mengetahui lebih dalam bagaimana anak luar biasa, terutama anak autis.
Yang mana ingin mengetahui:
1. Pengertian autis
2. Faktor penyebab
3. Gejala autis
4. Karakteristik autis
5. Hambatan-hambatan anak autis
6. Terapi penunjang bagi anak autis
7. Pendekatan pembelajaran anak autis
8. Model pelayanan pendidikan anak autis
9. Proses kegiatan belajar mengajar
10. Hambatan dan solusi belajar mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
AUTISME
Kata autisme berasal dari bahasa
Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ‘aut’ yang berarti ‘diri sendiri’ dan
‘ism’ yang secara tidak langsung menyatakan ‘orientasi atau arah atau keadaan (state).
Sehingga autisme dapat
didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang luar biasa asik dengan dirinya
sendiri (Reber, 1985 dalam Trevarthen dkk, 1998).
Pengertian ini menunjuk pada bagaimana
anak-anak autis gagal bertindak dengan minat pada orang lain, tetapi kehilangan
beberapa penonjolan perilaku mereka. Ini, tidak membantu orang lain untuk
memahami seperti apa dunia mereka.
Secara etimologi : anak autis adalah anak yang
memiliki gangguaan perkembangan dalam dunianya sendiri.
Autis Menurut Para Ahli Yaitu:
a.
Leo Kanner (Handojo,2003) autisme merupakan
suatu jenis gangguan perkembangan pada anak, mengalami kesendirian,
kecenderungan menyendiri.
b.
Chaplin
(2000) mengatakan : (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal
atau diri sendiri (2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan
sendiri (3) Keyakinan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
c.
American Psych: autisme adalah ganguan
perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup diri.
Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi,
interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi
Anak Austistik”. (American Psychiatic Association 2000)
Anak autistic adalah adanya 6
gejala/gangguan, yaitu dalam bidang Interaksi social; Komunikasi (bicara,
bahasa, dan komunikasi); Perilaku, Emosi, dan Pola bermain; Gangguan sensoris;
dan perkembangan terlambat atau tidak norma. Penampakan gejala dapat mulai
tampak sejak lahir atau saat masih kecil (biasanya sebelum usia 3 tahun)
(Power, 1983). Gangguan autisme terjadi pada masa perkembangan sebelum usia 36
bulan “Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III)
Autisme adalah suatu kondisi yang
mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya
tidak dapat membentuk hubungan social atau komunikasi yang normal.
Jadi anak autisme merupakan anak yang
mengalami gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak
umur sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta
perilakunya.
Ditinjau dari segi pendidikan : anak
autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan komunikasi, sosial,
perilaku pada anak sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan
penanganan/layanan pendidikan secara khusus sejak dini.
Ditinjau dari segi medis : anak
autis adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak yang menyebabkan
gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan kriteria
DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/terapi secara klinis.
Ditinjau dari segi psikologi : anak
autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang berat bisa ketahui
sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak
perlu adanya penanganan secara psikologis.
Ditinjau dari segi sosial anak autis
adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat dari beberapa aspek
komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak ini memerlukan bimbingan
ketrampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.
Jadi Anak Autisme merupakan salah
satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu
meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan
interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.
B.
FAKTOR
PENYEBAB AUTISME
1. Faktor Genetik
2. Ganguan pada Sistem Syaraf
1. Faktor Genetik
2. Ganguan pada Sistem Syaraf
Banyak penelitian yang melaporkan
bahwa anak autis memiliki kelainan pada hampir semua struktur otak. Tetapi
kelainan yang paling konsisten adalah pada otak kecil.
3. Ketidak seimbangan Kimiawi
3. Ketidak seimbangan Kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik berhubungan
dengan makanan atau kekurangan kimiawi di badan.
4. Kemungkinan Lain
4. Kemungkinan Lain
Infeksi yang terjadi sebelum dan setelah kelahiran dapat merusak otak
sepertivirus rubella yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan
otak.
C.
GEJALA AUTIS
Gejala anak autis antara lain:
1. Interaksi sosial
§ Tidak
tertarik untuk bermain bersama teman
§ Lebih suka
menyendiri
§ Tidak ada
atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
§ Senang
menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang inginkan
2. Komunikasi
§
Perkembangan bahasa lambat
§ Senang
meniru atau membeo
§ Anak tampak
seperti tuli, sulit berbicara
§ Kadang kata
yang digunakan tidak sesuai artinya
§ Mengoceh
tanpa arti berulang-ulang
§ Bicara
tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
3. Pola Bermain
§ Tidak
bermain seperti anak-anak pada umumnya
§ Senang akan
benda-benda yang berputar
§ Tidak bermain
sesuai fungsi mainan
§ Tidak
kreatif, tidak imajinatif
§ Dapat
sangat lekat dengan benda tertentu
4. Gangguan Sensoris
§ Bila
mendengar suara keras langsung menutup telinga
§ Sering
menggunakan indera pencium dan perasanya
§ Dapat
sangat sensitif terhadap sentuhan
§ Tidak
sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
5. Perkembangan Terlambat
§ Tidak
sesuai seperti anak normal, keterampilan sosial, komunikasi dan kognisi
§ Dapat
mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian menurun bahkan sirna
6. Gejala Muncul
§ Gejala di
atas dapat dimulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil
§ Pada
beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala tampak agak kurang
D.
KARAKTERISTIK AUTIS
Anakautis mempunyai masalah/gangguan dalam bidang :
1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
3. Gangguan sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi
E. HAMBATAN-HAMBATAN ANAK AUTISME
Ada beberapa permasalahan yang dialami oleh anak autis yaitu: Anak autis
memiliki hambatan kualitatif dalam interaksi sosial .
Anak autis memiliki minat yang terbatas, mereka cenderung untuk menyenangi
lingkungan yang rutin dan menolak perubahan lingkungan, minat mereka terbatas
artinya mereka apabila menyukai suatu perbuatan maka akan terus menerus
mengulang perbuatan itu. anak autistik juga menyenangi keteraturan yang
berlebihan.
Lorna Wing (1974) menuliskan dua kelompok besar yang menjadi masalah pada
anak autis yaitu:
a. Masalah dalam memahami lingkungan (Problem in understanding the world)
1). Respon terhadap suara yang tidak biasa (unusually responses to
sounds).
Anak autis seperti orang tuli karena mereka cenderung mengabaikan suara
yang sangat keras dan tidak tergerak sekalipun ada yang menjatuhkan benda di
sampingnya. Anak autis dapat juga sangat tertarik pada beberapa suara benda
seperti suara bel, tetapi ada anak autis yang sangat tergangu oleh suara-suara
tertentu, sehingga ia akan menutup telinganya.
2). Sulit dalam memahami pembicaraan (Dificulties in understanding
speech).
Anak autis tampak tidak menyadari bahwa pembicaraan memiliki makna, 7 tidak
dapat mengikuti instruksi verbal, mendengar peringatan atau paham apabila
dirinya dimarahi (scolded). Menjelang usia lima tahun banyak autis yang
mengalami keterbatasan dalam memahami pembicaraan.
3). Kesulitan ketika bercakap-cakap (Difiltuties when talking).
Beberpa anak
Autis tidak pernah berbicara, beberapa anak autis belajar untuk mengatakan
sedikit kata-kata, biasanya mereka mengulang kata-kata yang diucapkan orang
lain, mereka memiliki kesulitan dalam mempergunakan kata sambung, tidak dapat
menggunakan kata-kata secara fleksibel atau mengungkapkan ide.
4). Lemah dalam pengucapan dan kontrol suara (Poor pronunciation and
voice control).
Beberapa anak autis memiliki kesulitan dalam membedakan suara tertentu yang
mereka dengar. Mereka kebingungan dengan kata-kata yanghampir sama, memiliki
kesulitan untuk mengucapkan kata-kata yang sulit.Mereka biasanya memiliki
kesulitan dalam mengontrol kekerasan (loudness)suara.
5). Masalah dalam memahami benda yang dilihat (Problems in understanding
things that are seen).
Beberapa anak autis sangat sensitif
terhadap cahayayang sangat terang, seperti cahaya lampu kamera (blitz), anak
autismengenali orang atau benda dengan gambaran mereka yang umum tanpamelihat
detil yang tampak.
6). Masalah dalam pemahaman gerak isarat (problem in understanding
gesturs).
Anak autis memiliki masalah dalam menggunakan bahasa komunikasi;seperti
gerakan isarat, gerakan tubuh, ekspresi wajah.
7). Indra peraba, perasa dan pembau (The senses of touch, taste and
smell).
Anak-anak autis menjelajahi lingkungannya melalui indera peraba, perasa dan
pembau mereka. Beberapa anak autis tidak sensitif terhadap dingin dan sakit.
8). Gerakan tubuh yang tidak biasa (Unusually bodily movement).
Ada gerakangerakan yang dilakukan anak autis yang tidak biasa dilakukan
oleh anakanak yang normal seperti mengepak-ngepakan tangannya, meloncat-loncat,
dan menyeringai.
9). Kekakuan dalam gerakan-gerakan terlatih (clumsiness in skilled
movements).
Beberapa anak autis, ketika berjalan nampak anggun, mampu memanjat
danseimbang seperti kucing, namun yang lainnya lebih kaku dan berjalan
sepertimemiliki bebrapa kesulitan dalam keseimbangan dan biasanya mereka
tidakmenikmati memanjat. Mereka sangat kurang dalam koordinasi dalam berjalan
dan berlar atau sebaliknya.
b. Masalah
gangguan perilaku dan emosi (Dificult behaviour and emotional
problems).
1. Sikap
menyendiri dan menarik diri (Aloofness and withdrawal).
2. Menentang
perubahan (Resistance to change).
3. Ketakutan
khusus (Special fears).
4. Prilaku yang
memalukan secara sosial (Socially embarrassing behaviour).
5. Ketidakmampuan
untuk bermain (Inability to play).
F.
TERAPI PENUNJANG BAGI ANAK AUTIS
Sebelum/sembari
mengikuti pendidikan formal (sekolah). Anak autistik dapat dilatih melalui
terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak
antara lain:
1. Terapi Wicara
2. Terapi Okupasi
3. Terapi Bermain
4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy)
5. Terapi melalui makan (diet therapy
6. Auditory Integration Therapy
7. Biomedical treatment/therapy
8. Hydro Therapy
9. Terapi Musik
G.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANAK AUTIS
1.
Discrete Tial Training (DTT) :
Training ini didasarkan pada Teori Lovaas yang mempergunakan pembelajaran
perilaku. Dalam pembelajarannya digunakan stimulus respon atau yang dikenal
dengan orperand conditioning. Dalam prakteknya guru memberikan stimulus pada
anak agar anak memberi respon. Apabila perilaku anak itu baik, guru memberikan
reinforcement (penguatan). Sebaliknya perilaku anak yang buruk dihilangkan
melalui time out/ hukuman/kata “tidak”
2. Intervensi LEAP
(Learning Experience and Alternative Programfor Preschoolers and Parents)
menggunakan stimulus respon (sama dengan DTT) tetapi anak langsung berada dalam
lingkungan sosial (dengan teman-teman). Anak auitistik belajar berperilaku
melalui pengamatan perilaku orang lain.
3. Floor Time merupakan
teknik pembelajaran melalui kegiatan intervensi interaktif. Interaksi anak
dalam hubungan dan pola keluarga merupakan kondisi penting dalam menstimulasi
perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak dari segi kumunikasi, sosial, dan
perilaku anak.
4. TEACCH (Treatment and
Education for Autistic Childrent and Related Communication Handicaps)
merupakan pembelajaran bagi anak dengan memperhatikan seluruh aspek layanan
untuk pengembangan komunikasi anak. Pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa,
terapi/treatment, konsultasi, kerjasama, dan layanan lain yang dibutuhkan baik
oleh anak maupun orangtua.
H.
MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI
ANAK AUTIS
Pendidikan
untuk anak autis usia sekolah bisa dilakukan di berbagai penempatan. Berbagai
model antara lain:
1. Kelas transisi
Kelas ini
diperuntukkan bagi anak autistik yang telah diterapi memerlukan layanan khusus
termasuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu atau struktur. Kelas
transisi sedapat mungkin berada di sekolah reguler, sehingga pada saat tertentu
anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas
persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan
dimodifikasi sesuai kebutuhan anak.
2. Program Pendidikan Inklusi
Program ini
dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah siap memberikan layanan bagi anak
autistik. Untuk dapat membuka program ini sekolah harus memenuhi persyaratan
antara lain:
1.
Guru terkait telah siap menerima anak autistik
2.
Tersedia
ruang khusus (resourse room) untuk penanganan individual
3.
Tersedia
guru pembimbing khusus dan guru pendamping.
4.
Dalam satu
kelas sebaiknya tidak lebih dari 2 (dua) anak autistik.
5.
Dan lain-lain yang dianggap perlu.
3. Program Pendidikan Terpadu
Program
Pendidikan Terpadu dilaksanakan disekolah reguler. Dalam kasus/waktu tertentu,
anak-anak autistik dilayani di kelas khusus untuk remedial
4. Sekolah Khusus Autis
Sekolah ini
diperuntukkan khusus bagi anak autistik terutama yang tidak memungkinkan dapat
mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk
dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka. Pendidikan di
sekolah difokuskan pada program fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat
yang sesuai dengan potensi mereka.
5. Program
Sekolah di Rumah
Program ini
diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di
sekolah khusus karena keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non verbal,
retardasi mental atau mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya dapat
mengikuti program sekolah di rumah. Program dilaksanakan di rumah dengan
mendatangkan guru pembimbing atau terapis atas kerjasama sekolah, orangtua dan
masyarakat.
6. Panti
(griya) Rehabilitasi Autis
Anak autistik
yang kemampuannya sangat rendah, gangguannya sangat parah dapat mengikuti
program di panti (griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi
lebih terfokus pada pengembangan:
(1) Pengenalan diri
(2) Sensori motor dan persepsi
(3) Motorik kasar dan halus
(4) Kemampuan berbahasa dan
komunikasi
(5) Bina diri, kemampuan sosial
(6) Ketrampilan kerja terbatas
sesuai minat, bakat dan potensinya.
I.
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
1.
Prinsip-prinsip pengajaran
dan pendidikan
Pendidikan dan pengajaran anak autistik pada umumnya dilaksanakan
berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Terstruktur
Pendidikan dan
pengajaran bagi anak autistik diterapkan prinsip terstruktur, artinya dalam
pendidikan atau pemberian materi pengajaran dimulai dari bahan ajar/materi yang
paling mudah dan dapat dilakukan oleh anak. Setelah kemampuan tersebut
dikuasai, ditingkatkan lagi ke bahan ajar yang setingkat diatasnya namun
merupakan rangkaian yang tidak terpisah dari materi sebelumnya.
Struktur
pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik meliputi :
- Struktur
waktu
- Struktur
ruang, dan
- Struktur
kegiatan
b. Terpola
Kegiatan anak
autistik biasanya terbentuk dari rutinitas yang terpola dan terjadwal, baik di
sekolah maupun di rumah (lingkungannya), mulai dari bangun tidur sampai tidur
kembali. Oleh karena itu dalam pendidikannya harus dikondisikan atau dibiasakan
dengan pola yang teratur.
c. Terprogram
Prinsip dasar
terprogram berguna untuk memberi arahan dari tujuan yang ingin dicapai dan
memudahkan dalam melakukan evaluasi.
d. Konsisten
Dalam
pelaksanaan pendidikan dan terapi perilaku bagi anak autistik, prinsip
konsistensi mutlak diperlukan. Artinya : apabila anak berperilaku positif
memberi respon positif terhadap susatu stimulan (rangsangan), maka guru
pembimbing harus cepat memberikan respon positif (reward/penguatan), begitu
pula apabila anak berperilaku negatif (Reniforcement) Hal tersebut juga
dilakukan dalam ruang dan waktu lain yang berbeda (maintenance) secara tetap
dan tepat, dalam arti respon yang diberikan harus sesuai dengan perilaku
sebelumnya.
e. Kontinyu
Pendidikan dan
pengajaran bagi anak autistik sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak-anak
pada umumnya. Maka prinsip pendidikan dan pengajaran yang berkesinambungan juga
mutlak diperlukan bagi anak autistik. Kontinyu disini meliputi kesinambungan
antara prinsip dasar pengajaran, program pendidikan dan pelaksanaannya.
Kontinyuitas dalam pelaksanaan pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi juga
harus ditindaklanjuti untuk kegiatan dirumah dan lingkungan sekitar anak.
Kesimpulannya, therapi perilaku dan pendidikan bagi anak autistik harus
dilaksanakan secara berkesinambungan, simultan dan integral (menyeluruh dan
terpadu).
2.
Kurikulum
Dalam
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik tentunya harus
berdasarkan pada kurikulum pendidikan yang berorientasi pada kemampuan dan
ketidak mampuan anak dengan memperhatikan deferensiasi masing-masing individu.
- Pendekatan
dan Metode
Pendidikan dan
pengajaran bagi anak autistik menggunakan Pendekatan dan program individual.
Sedangkan metode yang digunakan adalah merupakan perpaduan dari metode yang
ada, dimana penerapannya disesuaikan kondisi dan kemampuan anak serta materi
dari pengajaran yang diberikan kepada anak. Metode dalam pengajaran anak
autistik adalah metode yang memberikan gambaran kongkrit tentang
"sesuatu", sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi dan
pengertian tentang "sesuatu" tersebut.
- Sarana
Belajar Mengajar
Sarana belajar
diperlukan, karena akan membantu kelancaran proses pembelajaran dan membantu
pembentukan konsep pengertian secara kongkrit bagi anak autistik. Pola pikir
anak autistik pada umumnya adalah pola pikir kongkrit. sehingga sarana belajar
mengajarnyapun juga harus kongkrit. Beberapa anak autistik dapat berabstraksi,
namun pada awalnya mereka dilatih dengan sarana belajar yang kongkrit
- Evaluasi
Untuk mengukur
berhasil atau tidaknya pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan adanya
evaluasi (penilaian). Dalam pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik
evaluasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Evaluasi Proses
Evaluasi Proses
ini dilakukan dengan cara seketika pada saat proses kegiatan berlangsung dengan
cara meluruskan atau membetulkan perilaku menyimpang atau pembelajaran yang
sedang berlangsung seketika itu juga. Hal ini dilakukan oleh pembimbing dengan
cara memberi reward atau demonstrasi secara visual dan kongkrit..
2. Evaluasi Bulan
Evaluasi ini
bertujuan untuk memberikan laporan perkembangan atau permasalahan yang
ditemukan atau dihadapi oleh pembimbing di sekolah. Evaluasi bulanan ini
dilakukan dengan cara mendiskusikan masalah dan perkembangan anak antara guru
dan orang tua anak autistik guna mendapatkan pemecahan masalah (solusi dan
pemecahan masalah), antara lain dengan mencari penyebab dan latar belakang
munculnya masalah serta pemecahan masalah macam apa yang tepat dan cocok untuk
anak autistik yang menjadi contoh kasus.
3. Evaluasi Catur Wulan
Evaluasi ini
disebut juga dengan evaluasi program yang dimaksud sebagai tolok ukur
keberhasilan program secara menyeluruh. Apabila tujuan program pendidikan dan
pengajaran telah tercapai dan dapat dikuasai anak, maka kelanjutan program dan
kesinambungan program ditingkatkan dengan bertolak dari kemampuan akhir yang
dikuasai anak, sebaliknya apabila program belum dapat terkuasai oleh anak maka
diadakan pengulangan program (remedial) atau meninjau ulang apa yang
menyebabkan ketidak berhasilan pencapaian program.
J. HAMBATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN
SOLUSINYA
1. MasalahPerilaku
Masalahperilaku
yang seringmunculyaitu :stimulasidiri dan stereotip.
Bilaperilakutersebutmuncul yang
dapatkitalakukan :
· MemberikanReinforcement.
· Tidakmemberiwaktuluangbagianakuntukasyikdengandirisendiri
· Siapkan kegiatan yang menarik dan positif
· Menciptakan situasi yang kondusif bagi anak, tidak menyakiti diri.
2. Masalah Emosi :
Masalah ini
menyangkut kondisi emosi yang tidak stabil, misalnya; menangis, berteriak,
tertawa tanpa sebab yang jelas, memberontak, mengamuk, destruktif, tantrum.Cara
mengatasinya :
a.
Berusaha mencari dan menemukan penyebabnya
b.
Berusaha menenangkan anak dengan cara tetap bersikap tenang.
c.
Setelah kondisi emosinya mulai membaik, kegiatan dapat dilanjutkan.
3. Masalah
Perhatian (Konsentrasi)
Perhatian anak
dalam belajar kadang belum dapat bertahan untuk waktu yang lama dan masih
berpindah pada obyek/kegiatan lain yang lebih menarik bagi anak. Untuk itu maka
usaha yang harus diupayakan oleh pembimbing adalah:
a.
Waktu untuk belajar bagi anak ditingkatkan secara bertahap.
b.
Kegiatan dibuat semenarik mungkin, dan bervariasi.
c.
Istirahat sebentar kemudian kegiatan dilanjutkan kembali, dimaksudkan untuk
mengurangi kejenuhan pada anak, misal: menyanyi, bermain,
4. Masalah Kesehatan
Bila kondisi
kesehatan siswa kurang baik, maka kegiatan belajar mengajar tidak dapat
berjalan secara efektif, namun demikian kegiatan belajar tetap dapat
dilaksanakan, hanya saja dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi anak.
5. Orang Tua
Untuk
memberikan wawasan pada orang tua, perlu dibentuk Perkumpulan Orang Tua Siswa,
sebagai sarana penyebaran berbagi pengalaman sesama seperti informasi baru dari
informasi internet, buku-buku bahkan jika mungkin tatap muka dengan tokoh yang
berkaitan dalam pendidikan untuk anak autistik atau anak dengan kebutuhan
khusus.
6. Masalah Sarana Belajar
Dengan menyediakan
materi-materi yang mungkin diperlukan untuk kepentingan terapi anak-anaknya
misalnya :
- Textbook berbahasa Inggris dan Indonesia,
- Buku-buku pelajaran
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Autisme dapat
didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang luar biasa asik dengan dirinya
sendiri (Reber, 1985 dalam Trevarthen dkk, 1998).
Adapun factor penyebabnya
adalah gangguan gnetik, gangguan pada sisitem saraf, ketidak seimbangan
kimiawi, kemungkinan lain. Adapula gejalanya diantaranya interaksi social,
komunikasi, pola bermain, gangguan sensoris, perkembangan terlambat, gejala
muncul.
Anak autis memiliki minat yang terbatas, mereka cenderung untuk menyenangi
lingkungan yang rutin dan menolak perubahan lingkungan, minat mereka terbatas
artinya mereka apabila menyukai suatu perbuatan maka akan terus menerus
mengulang perbuatan itu. anak autistik juga menyenangi keteraturan yang
berlebihan.
B. SARAN
Dari hasil makalah yang telah
dibuat, penulis menyarankan agar kita lebih peduli bagi anak-anak barkebutuhab
khusus terutama bagi anak autis. Sebagai manyarakat secara umum kita harus bisa
menerima anak-anak tersebut.
Semoga makalah ini menjadi
rujukan bagi kita untuk bisa memberikan layanan pendidikan bagai anak-anak
autis.
DAFTAR PUSTAKA
Danuatmaja,B. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah, Jakarta:
Puspa Suara
Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi
permainan bagi anak yang memerlukan layanan
Pendidikan Khusus, Source (Sumber) : Dikdasmen
Depdiknas